JAKARTA(DUMAIPOSNEWS)— Bank Indonesia (BI) merilis Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia tembus US$400,6 miliar per Oktober atau setara Rp5.608 triliun (kurs Rp14 ribu per dolar AS). Utang tersebut meroket 11,9 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
“Utang meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya (September) sebesar 10,4 persen, terutama dipengaruhi oleh transaksi penarikan neto ULN dan penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, sehingga utang dalam rupiah tercatat lebih tinggi dalam denominasi dolar AS,” tulis BI, Senin (16/12).
Pertumbuhan utang yang meningkat juga dipengaruhi oleh pertumbuhan ULN pemerintah di tengah perlambatan ULN swasta.
Mengutip situs BI, ULN terdiri dari utang sektor publik dari pemerintah dan bank sentral sebesar US$202 miliar, dan utang sektor swasta termasuk BUMN sebesar US$198,6 miliar.
Lihat juga: Ketua Kadin hingga Wartawan Jadi Satgas Omnibus Law Khusus ULN pemerintah, kenaikannya 13,6 persen. Peningkatannya terutama dipengaruhi oleh peningkatan arus masuk neto asing di pasar Surat Berharga Negara (SBN) domestik dan penerbitan global bonds pada Oktober 2019.
Menurut BI, pertumbuhan ULN pemerintah meningkat sejalan dengan keyakinan investor asing terhadap prospek perekonomian nasional dan imbal hasil investasi keuangan domestik yang menarik.
Sementara itu, utang swasta melambat. Per Oktober, pertumbuhannya 10,5 persen, lebih rendah dari bulan sebelumnya yang sebesar 10,7 persen.
BI menuturkan perlambatan disebabkan oleh pertumbuhan ULN Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) dan Perusahaan Bukan Lembaga Keuangan (PBLK) yang melambat.
“Struktur utang Indonesia tetap sehat didukung dengan penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya. Kondisi tersebut tercermin dari rasio ULN terhadap PDB yang sebesar 35,8 persen, membaik dibandingkan rasio pada bulan sebelumnya,” terang BI.(CNNI)
Editor : Bambang Rio