DUMAIPOSNEWS.COM, RUPAT – Tak kurang dari lima tahun masyarakat Pulau Rupat, khususnya warga Desa Sukarjo Mesim, Kecamatan Rupat, Kabupaten Bengkalis menanti nanti agar sejumlah jembatan di daerah mereka diperbaiki. Namun selama itu juga, tidak pernah rehab jembatan masih terbuat dari batang kelapa. Seolah-olah luput dari perhatian serius Pemerintah Kabupaten Bengkalis maupun Pemprov Riau.
Kondisi jembatan, sangat memprihatinkan rusak dan lapuk dibeberapa bagian jembatan serta sangat bahaya bagi masyarakat yang sehari-hari menggunakan jembatan tersebut. Termasuk membawa hasil panen perkebunan, maupun perikanan mereka. Walaupun keadaan jembatan yang demikian, namun belum terlihat usaha Pemerintah Kabupaten Bengkalis ataupun dari Pemprov Riau untuk meremajakan jembatan tersebut.
“Kondisi jembatan itu sudah rusak berat, sehingga jangankan untuk dilalui kenderaan roda empat yang akan mengangkut hasil Bumi dari Rupat ini berupa panen sawit, kelapa, dan hasil tangkapan berupa ikan milik nelayan setempat. Untuk dilalui kenderaan roda dua saja saat ini sudah cukup mengkhwatirkan kondisi jembatan yang ada,” tutur Suhaedi Amiaru, Kepala Dusun (Kadus) Parit Gelam, Desa Sukarjo Mesim, Kecamatan Rupat kepada Dumai Pos, Jumat (26/10) di Desa Mesim.
Keberadaan tiga jembatan tersebut terletak di jalan Poros Pulau Rupat. Jembatan tersebut merupakan akses satu-satunya penghubung antar desa-desa di Pulau Rupat melalui jalur darat sangat dibutuhkan masyarakat. Jembatan tersebut juga berfungsi sebagai sarana penghubung antara desa di Kecamatan Rupat.
Selain itu, sebagai sarana penghubung untuk menuju ke sejumlah desa-desa yang memiliki objek wisata yang ada di Pulau Rupat. Seperti wisata pantai di Desa Teluk Rhu dan juga wisata pantai Tanjung Lapin Desa Tanjung Punak, juga sebagai sarana penghubung wisata pantai Ketapang, Lohong dan Makaruh (Keleloma) yang terletak di Desa Sungai Cingam dan Desa Makeruh, Kecamatan Rupat, maupun wisata pantai di Desa Teluk Lecah yang selama ini
tempat tersebut dijadikan distinasi wisata bahari dan juga sebagai tempat digelarnya Budaya Mandi Sapar oleh masyarakat setempat, ketika masuknya bulan Safar.
Dengan potensi wisata yang dimiliki Pulau Rupat, namun belum didukung oleh infrastruktur yang memadai,seperti yang ditemukan pada kondisi jembatan jalan poros yang masih dibangun dengan menggunakan batang kelapa. Oleh karenanya, atas nama masyarakat Pulau Rupat, Suhaedi Amiaru berharap, kepada Pemkab Bengkalis,maupun Pemprov Riau
melalui intansi terkait, hendaknya memperhatikan kondisi jembatan itu. Di katakan dia lagi, sebanyak 3 titik jembatan Jalan Poros Pulau Rupat di Desa Sukarjo Mesim , di bangun dengan bahan kayu yang kurang kuat, yaitu dari pohon kelapa, dengan bantuan pengikat dari kawat selain paku besi.
Masyarakat telah berupaya secara swadaya untuk memperbaiki þ: 3 Šjembatan yang ada.Namun pun demikian pentingnya keberadaan jembatan tersebut, tapi lantaran sejak lama kontruksi jembatan tersebut terbuat dari kayu seadanya, sehingga gampang lapuk. Apalagi sejak kondisi sebagian jalan poros Pulau Rupat tersebut saat ini sudah mulai membaik menyusul diluncurkan proyek multi years(MY),sehingga kenderaan yang melintasi diatas jembatan tersebut juga boleh dikatakan tak ada habisnya setiap harinya, akibatnya keberadaan jembatan dari batang kelapa tersebut kerap rusak
“Sepanjang enam bulan terakhir ini kami warga di Sukarjo Mesim bersama Pemdes Sukarjo Mesim terus bergotong royong memperbaiki jembatan yang rusak dan itu semua dilakukan warga secara swadaya,”ungkapnya, sembari dia menambahkan,bahkan setiap 3 bulan masyarakat di Desa Sukarjo Mesim terpaksa harus rela menebang pohon kelapa milik mereka lantaran untuk menggantikan jembatan tersebut yang sudah lapuk
“Sudah sejak tahun 2013 silam kami masyarakat mengajukan permohonan pembangunan jembatan kepada Pemkab Bengkalis dan juga anggota Dewan Dapil Rupat. Namun selama itu hingga kini, belum ada realisasinya pembangunan itu.”keluh Suhaedi Amiaru.
Pantauan media ini dilapangan, jembatan Dusun 1 Sungai Mesim ternyata bukanlah satu satunya jembatan penghubung jalan poros di Pulau Rupat yang kontruksi bangunannya terbuat dari batang kelapa,sebab masih ada di beberapa titik jembatan yang terbuat dari
kontruksi yang sama.
Diantara kondisi jembatan saat ini semakin parah dan sulit dilalui oleh warga. Tak heran, bila aktivitas sehari-hari warga terganggu akibat kerapnya rusak jembatan yang ada. Lambatnya perbaikan juga mengganggu aktivitas ekonomi. “Warga sudah kesal dengan janji pemerintah. katanya mau dibangun jembatan permanen,tapi sampai saat ini tak juga tereali
sasi,”imbuh Suaedi Amiaru.
Khawatirnya kalau tidak diperbaiki secepatnya, jembatan bisa roboh dan membahayakan warga. Bahkan, beberapa waktu lalu sempat ada warga yang meninggal dunia, saat terperosok diakses jembatan rusak.
Terpisah, Kepala Desa(Kades)Desa Sukarjo Mesim, Khaidir, saat dikonfirmasi juga mengeluhkan kerusakan infrastruktur jembatan di jalan yang menghubungkan antar desa di Pulau Rupat, khusunya yang melewati Desa Sukarjo Mesim tersebut. Menurut Khaidir jalan tersebut adalah merupakan akses satu satunya melalaui jalur darat yang menghubungkan desa desa di Pulau Rupat, namun saat ini kondisi sejumlah jembatan di jalna poros Pulau Rupat tersebut banyak yang hancur, karena kontruksi jembatan tersebut terbuat dari batang kelapa. Ditambah lagi kenderaan yang melewati jembatan tersebut banyak yang tidak sesuai dengan kemampuan, seperti banyaknya truk pengangkut buah sawit jenis colt diesel yang lewat emmbawa hasil perkebunan sawit masyarakat yang diluar daya beban jembatan, mengakibatkan jembatan cepat hancur
“Kami selaku kepala desa selalu berharap kepada pemritah kabupaten Bengkalis melalui inatnsi terkait. memperbaiki jembatan yang rusak disipenjang jalan poros Pulau Rupat ini,khususnya di berapa titik di desa Sukarjo Mesim ini,” kepada Dumai Pos yang menemuinya di Kantor Desa Sukarjo Mesim, Jumat kemarin.
Menurut Khaidir, pembangunan jembatan yang permanen ini sifatnya mendesak, sebab rata rata jembatan tersebut sudah hancur lantaran terbuat dari pohon kelapa. Sebab jika mengharapkan swadaya masyarakat,rasanya sulit untuk jembatan tersebut bisa bagus terus, karena walaupun selama ini sudah diupayakan oleh masyarakat di desanya untuk memperbaiki,tapi lantaran bahan baku jembatan tersebut pohon kelapa,ya,paling hanya tahan tiga sampai lima bulan sudah hancur lagi. Sementara untuk membangun jembatan permanen warga jelas tak mampu, menginagat anggranya tidak sedikit.Oleh sebab itu Kades berharap Pemdes agar segera di tahun 2018 dapat segera merealisasikan pembangunan jembatan permanen,
“Sudah tak terhitung lagi,bang, jumlah batang kelapa warga yang ditebang,lantaran untuk dibuat jembatan,tapi dua,tiga bulan hancur.Oleh sebab itu kami mohon pemerintah seecaptnya membangun jembatan yang permanen,” pungkasnya(Aru)