DUMAIPOSNEWS.COM, PERAWANG — Sebanyak 89 peserta didik SMAN 1 Tualang menjadi santri program tahfidz Quran 1 juz angkatan I tahun ajaran 2018/2019, pada Kamis kemarin diwisuda oleh Bupati Siak, Drs H Syamsuar MSi yang sebelumnya sempat mengetes akan hafalan beberapa santri tahfidz quran yang berlangsung di gedung serbaguna SMAN 1 Tualang.
Tampak hadir pada acara wisuda tersebut Kepala Kantor Kementrian Agama RI Kabupaten Siak, Drs H Muharam diwakili, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Siak, H Lukman S Sos MPd dan undangan lainnya termasuk para orang tua wisudawan.
Bupati Siak Drs H Syamsuar MSi yang langsung bertindak sebagai salah seorang tim penguji mengaku puas dan bangga dengan kesungguhan dan hafalan peserta didik yang ikut program tahfidz. Diharapkannya agar program ini juga ditiru oleh sekolah lainnya di Kabupaten Siak.
“Karena sekolah negeri maka rasanya saya tidak percaya lahir para hafidz/ah. Pertahan dan tingkatkan program ini dan saya juga akan mengembangkannya untuk di Riau nantinya,” ujar Bupati yang pada Februani 2019 akan datang akan dilantik sebagai Gibernir Riau periode 2019-2024.
Ditambahkannya, inilah salah satu buah dari itikad kami sejak lima tahun lalu yang bercita-cita lahir ribuan hafidz/ah dari anak-anak masyarakat Kabupaten Siak.
“Itikad itu kami sampaikan gaungnya saat digelarnya MTQ Riau di Kabupaten Siak benerapa tahun lalu,” cerita bupati.
Kepala SMAN 1 Tualang, Heri Yulindo MPd dalam laporannya menyampaikan rasa syukur dan terimakasih kepada pak bupati yang telah merealisasikan janjinya untuk berhadir pada acara wisuda program tahfidz angkatan 1 SMAN 1 Tualang 2018/2019 ini.
“Program ini di ilhami oleh kebijakan dari Pemkab Siak dibawah kepemimpin pak Syamsuar dan Alfedri, yaitu maghrib mengaji,” ujar Heri di awal laporannya.
Ditambahkannya, ghirah program ini diawali pelaksanaan shalat zuhur dan Asyar berjemaah di sekolah. Kemudiam dilanjutkan dengan digelarnya Shalat Jumat di sekolah oleh peserta didik dan majelis guru muslim.
“Efek yang dapat dirasakan dengan kegiatan rutin di atas adalah mulai berkurangnya siswa atau peserta didik yang mendatangi/dipanggil ke ruang Bimbingan Penyuluh (BP). Padahal sebelumnya begitu banyak anak-anak yang bermasalah dan masuk ke ruang BP,” ungkap Heri. (Rel)