Lahir Di Masa Pandemi, Batik Mandau Kini Raup Cuan Puluhan Juta Per Bulan

Di Kota Duri penghasil minyak bumi yang kental nuansa budaya Melayunya, saat ini sudah ada usaha kerajinan batik lokal. Bahkan telah ribuan helai kain batik yang terjual. Dari bulan ke bulan permintaan terus meningkat, sampai-sampai pengrajin kewalahan menampung orderan. Saking diminatinya, ada pemesan yang rela sabar menunggu 1 sampai 2 bulan ke depan untuk mendapatkan batik itu.

Laporan : Yusrizal, Duri

Kongkowkuy

Batik Mandau, nama usaha kerajinan batik lokal tersebut mendadak menjadi buah bibir dan mengagetkan banyak orang. Bagaimana awalnya digagas, ide dari mana, siapa yang terlibat, seperti apa prospek ke depannya, apakah bisa sukses, atau hanya sekedar sensasi saja, inilah yang akan saya telusuri.

Namun sebelum lebih jauh mengulas tentang Batik Mandau, dalam tulisan ini saya mau memberikan informasi tentang Kota Duri, bagian dari Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau yang sangat terkenal di dunia internasional sebagai daerah penghasil minyak hampir 3 miliar barel sejak beroperasi tahun 1958 silam.

Data yang diperoleh dari berbagai sumber, kota ini merupakan ibu kota kecamatan Mandau yang berada di jalur lintas Timur Sumatera. Kota Duri memiliki luas sekitar 930 kilometer persegi, atau sekitar setengah dari luas Kota Dumai. Berjarak sekitar 130 km dari Pekanbaru, ibu kota Provinsi Riau, dengan jumlah penduduk sekitar 260 ribu jiwa.

Daerah ini berbatasan langsung dengan Dumai di utara, kecamatan Pinggir di selatan, dan kecamatan Rantau Kopar (Kabupaten Rokan Hilir) di barat. Karena sudah adanya Jalan Tol Pekanbaru-Dumai, jarak tempuh dari Kota Duri ke Kota Pekanbaru sekitar 90 menit dengan jarak 107 KM.

Kota ini memiliki peran penting di tingkat nasional, karena Kota Duri menjadi salah satu penyumbang utama produksi minyak mentah nasional. Pendapatan negara dan daerah juga bertumpu pada kegiatan produksi minyak di Lapangan Duri, yang masuk Wilayah Kerja (WK) Rokan yang saat ini dikelola PT PHR (Pertamina Hulu Rokan).

Perkembangan Kota Duri diawali dari penemuan minyak di kota tersebut. Tim dari operator lama berhasil menemukan minyak di Duri pada tahun 1941. Keberhasilan itu berlanjut dengan penemuan berikutnya, yakni Lapangan Minas, pada tahun 1944. Kedua lapangan tersebut terus berkembang dan konsisten menjadi tulang punggung produksi nasional.

Minyak yang dihasilkan Lapangan Duri dikenal dengan nama Duri Crude. Lapangan ini terus produktif hingga sekarang berkat penerapan teknologi injeksi uap (steamflood). Terobosan teknologi itu mampu memperpanjang usia Lapangan Duri dan menjaga tingkat produksi.

Pada tahun 1954, Lapangan Duri mulai berproduksi untuk memperlancar kegiatan operasi dan pengiriman minyak ke Dermaga Dumai. Operator lama saat itu membangun jalan dan jaringan pipa sepanjang 57 km antara Kota Duri dan Dumai. Jalan dan jaringan ini diselesaikan pada tahun 1958, disusul dengan pembangunan Jembatan Ponton pada 1959 yang menghubungkan Kota Pekanbaru bagian selatan dan utara.

Selesainya Jembatan Ponton yang menyeberangi Sungai Siak merupakan awal terhubungnya jalan darat dari Kota Padang di pantai barat Sumatera dengan Kota Dumai di pantai timur. Terbukanya lalu lintas darat yang memotong Sumatera bagian tengah ini mempunyai arti yang sangat penting bagi perkembangan kota-kota di pesisir timur Pulau Sumatera, terutama Duri dan Dumai, pada tahun 1977.

Sebelum daerah-daerah lain di Riau maju, Duri sudah lebih dahulu mengenal jalan berminyak. Ini tentu sebelum adanya jalan aspal seperti sekarang. Jalan minyak dibuat oleh perusahaan minyak operator lama untuk membuka akses ke berbagai lokasi-lokasi wilayah tambang minyak.

Proses pembuatan jalan berminyak adalah dengan mengeraskan jalan tanah dengan lapisan minyak mentah atau minyak limbah. Hal ini dilakukan untuk menunjang kegiatan produksi. Dalam pengembangan produksi minyak di Kota Duri, terdapat banyak perusahaan kontraktor serta perusahaan-perusahaan kecil lainnya.

Kembali ke topik Batik Mandau. Untuk menghilangkan rasa penasaran ini sekalian mencari tahu seluk beluknya, pada Selasa, 22 Oktober 2024, saya berkunjung langsung ke tempat batik tersebut diproduksi.

Lokasi batik itu dibuat ternyata masih berada di dalam komplek Kantor Camat Mandau yang megah, di Jalan Jenderal Sudirman. Bangunan sentra Batik Mandau diapit rumah dinas camat Mandau dan mushalla kantor camat. Sekilas tampak dari luar seperti tidak ada aktifitas membatik di bagian dalam. Namun dari sela-sela pintu yang terbuka terlihat ibu-ibu sedang membatik dengan teliti dan telaten.

Di depan pintu dua orang ibu-ibu yang mengenakan baju batik warna merah bermotif pumping unit (pompa angguk) menyambut saya dan beberapa orang lainnya dengan ramah dan penuh kehangatan. Mereka ini anggota Pokja (Kelompok Kerja) 2 Tim Penggerak PKK Kecamatan Mandau sekaligus pengrajin batik yang sudah menimba ilmu membatik ke salah satu kota di Jawa, beberapa tahun lalu.

Ibu Juana, 53 tahun, salah satu pengrajin di depan perangkat membatik yang sudah dipersiapkannya menjelaskan, bagaimana kain batik diproduksi, mulai dari penyiapan bahan kain, proses pengecapan, proses penguncian warna (water glass) hingga proses peluruhan (perendaman dengan air panas) yang memakan waktu dua hari.

Ia menyebut, batik yang diproduksi ada empat jenis. Untuk saat ini mereka lebih fokus pada batik cap, batik tulis, dan batik eco print menggunakan bahan dasar dedaunan alami yang lebih banyak dipesan konsumen. Dalam sehari mereka bisa membuat 10 lembar kain batik dengan harga perhelainya Rp 300 ribu sampai Rp 500 ribu. “Tergantung jumlah motifnya. Semakin banyak motif semakin naik harganya. Yang paling diminati motif pumping unit karena itu ciri khas daerah kita daerah penghasil minyak,’’ ujarnya.

Untuk memenuhi tingginya permintaan batik, Ibu Juana mengaku belum bisa melayani secara maksimal. Hal ini disebabkan keterbatasan jumlah pengrajin, yang hanya 15 orang. Ke depannya, pusat kerajinan Batik Mandau dibawah binaan Ketua TP PKK Kecamatan Mandau, Dewi Asdinar Riki berencana menambah para pengrajin guna mengakomodir orderan yang masuk.

Pekerjaan membatik ini dilakukan Ibu Juana dan teman-teman dari hari Senin sampai Jumat. Terkadang mereka lembur pada hari Sabtu dan Minggu untuk memenuhi pesanan yang masuk. Kepada para pemesan, Ibu Juana tidak berani menjanjikan batik selesai sesuai waktu yang diminta. Makanya setiap bulan Ibu Juana sudah menargetkan berapa helai kain batik yang mereka bisa siapkan sesuai dengan kesanggupan. Sehingga tidak ada konsumen yang kecewa.

“Ada yang sabar menunggu sampai satu, dua bulan ke depan. Dalam sehari kita bisa membuat 10 helai batik. Dengan harga 300 ribu rupiah sehelai bahan batik, satu bulan omset bisa mencapai puluhan juta rupiah,’’ ungkapnya.

Ibu Juana dan teman-teman merasa bangga karena Batik Mandau mulai dikenal luas di berbagai kalangan masyarakat dan mendapatkan perhatian penuh dari PHR, Polbeng, camat Mandau, dan ketua TP PKK Kecamatan Mandau. Hal ini jugalah yang memotivasinya lebih giat lagi dalam memproduksi batik. Ibu Juana optimis dalam beberapa waktu depan Batik Mandau akan berkembang pesat dan menarik perhatian orang-orang dari luar Kota Duri.

Pejabat Sementara Bupati Bengkalis Drs Akhmad Sudirman Tavipiyono MM MA didampingi Sekda Bengkalis dr Ersan Saputra, dan Camat Mandau Riki Rihardi SSTP MSi di sela-sela kegiatan kedinasannya di Kantor Camat Mandau pada kesempatan yang sama turut mengunjungi lokasi pembuatan Batik Mandau.

Tavipiyono mengapresiasi keberadaan Batik Mandau digagas TP PKK Kecamatan Mandau tersebut. Di mana ini merupakan bagian dari UMKM (Usaha Kecil Mikro dan Menengah) dalam upaya membangkitkan perekonomian masyarakat dalam bidang kerajinan.

“Hendaknya hasil karya ibu-ibu ini terus dipertahankan, dan ditingkatkan produksinya. Selanjutnya akan kita coba integrasikan dengan pihak-pihak lain supaya produktivitasnya bisa dipasarkan secara baik, hingga terus berkembang mendatangkan pendapatan bagi ibu-ibu ini,’’ katanya.

Lebih jauh Tavipiyono mengatakan, Batik Mandau dapat dijadikan destinasi wisata bagi orang-orang luar daerah yang ingin melihat langsung prosesi pembatikan. Tavipiyono meyakini apabila usaha ini diseriusi, bukan tidak mungkin Batik Mandau bisa dipasarkan secara nasional bahkan antar negara seperti ke Malaysia dan Singapura.

“Sebagai negara serumpun Bengkalis dan Malaysia itu berada dalam satu kawasan Melayu. Apa produk kerajinan di sini bisa dipasarkan ke sana. Kita optimis untuk itu,’’ ungkapnya.

Dosen Politeknik Negeri Bengkalis M Afridon ST MT, selaku mitra pelaksana PHR yang ditemui mengatakan, Batik Mandau adalah salah satu pusat kerajinan ekonomi kreatif binaan PHR yang menggandeng Politeknik Negeri Bengkalis melalui program Tanggung Sosial dan Lingkungan (TJSL).

Polbeng dalam hal ini turut mendorong Batik Mandau menjadi ikon Riau dengan cara mendukung ibu-ibu yang tergabung dalam TP PKK Kecamatan Mandau membuat karya seni yaitu batik. Di mana PHR bersama Polbeng membantu peralatan membatik dan bantuan kemasan melalui program Pemberdayaan Ekonomi Perempuan dan Pemuda TJSL PHR.

Batik Mandau pernah mengikuti Forum Kapasitas Nasional (Forkapnas) Wilayah Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel) pada tahun 2023 di Batam, Kepulauan Riau. Dalam Forkapnas tersebut, Batik Mandau tampil sebagai booth terbaik yang diikuti puluhan perusahaan Migas se Indonesia. Kemudian, pada November 2023, Batik Mandau juga mengikuti SMEXPO di Pekanbaru, menjadi perhatian berbagai konsumen lokal dan Internasional. Lalu, Batik Mandau ikut memeriahkan Pre-IOG SCM and NCB Summit 2024 di Batam.

”Ada beberapa motif yang dibuat Batik Mandau yaitu, motif pompa angguk ikon Batik Mandau, motif Nanas, motif nuansa Migas, motif nuansa Melayu Pucuk Rebung, motif Bunga Melati, motif Duri, motif Bolu Kemojo, dan ambang Bermasa sebagai tagline kabupaten Bengkalis, Bermarwah, Maju, dan Sejahtera,’’ ujar Afridon.

Keberadaan Batik Mandau, eksistensi serta perhatian yang mulai didapat dari luar daerah juga mendapat dukungan dari Bupati Bengkalis Kasmarni Ssos Msi. Pada Kamis, 19 September 2024 lalu, bupati meresmikan secara langsung Galeri Brand Mandau Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis yang bertempat di Kantor Camat Mandau.

Galeri Brand Mandau ini, dikatakan bupati merupakan inovasi dari TP PKK Kecamatan Mandau, yang diharapkan menjadi potensi dalam menggerakkan perekonomian masyarakat. Terobosan seperti batik ini, mungkin hanya satu-satunya di Indonesia. Di galeri ini dipajangkan beberapa produk UMKM lokal, termasuk Batik Mandau. Tak hanya dipajang, produk lokal ini juga dipasarkan untuk umum.

Bupati Bengkalis menyampaikan apresiasi serta ucapan terima kasih sampaikan kepada camat Mandau dan ketua TP PKK Kecamatan Mandau serta pihak-pihak terkait lainnya seperti PHR dan Polbeng yang telah menginisiasi lahirnya Galeri Brand Mandau ini.

“Harapan kami, keberadaan Galeri Brand Mandau ini ke depannya dapat menjadi pusat ekonomi kreatif serta mampu berkonstribusi secara nyata dalam meningkatkan kesejahteraan, dan menggerakkan perekonomian daerah serta masyarakat,’’ katanya.

Lahirnya kerajinan Batik Mandau, dikatakan Camat Mandau Riki Rihardi SSTP Msi berawal dari kegelisahan ibu-ibu PKK pada masa pandemi Covid-19, pada tahun 2021 lalu. Ketika itu, perekonomian masyarakat terjun bebas. Pembatasan kerja membuat pelaku usaha banyak yang mengalami kerugian. Ibu-ibu kesulitan memenuhi kebutuhan dapur akibat perputaran ekonomi yang melambat.

Menyikapi kondisi itu, beberapa ide dan masukan ditampung bagaimana cara membantu ibu-ibu untuk mengatasi permasalahan perekonomian keluarganya. Salah satu yang terfikir waktu itu, membangkitkan usaha rumah tangga, seperti membuat kue, kerupuk, dan sejenisnya. Maka kemudian dirancanglah program Sehari Boga (Sabtu Sehat Ceria Bangkitkan Ekonomi Masyarakat) oleh camat Mandau, setiap bulan di hari Sabtu.

Sehari Boga diisi dengan kegiatan jalan santai pihak pemerintah kecamatan Mandau bersama warga di setiap kelurahan dan desa secara bergantian. Di sini warga yang memiliki usaha kecil seperti makanan dan minuman dapat menampilkan usahanya pada stand-stand yang sudah disediakan. Ajang ini sepenuhnya untuk mempromosikan produk-produk rumahan warga.

“Diawali dari program Sehari Boga sampailah ada ide untuk membuat batik yang kemudian disebut Batik Mandau. Batik ini dirancang khusus dengan pompa angguk sebagai motif ikonik. Karena waktu itu belum ada yang bisa membatik, maka ketua TP PKK Kecamatan Mandau mengirim beberapa orang anggota PKK yang mau belajar membatik ke Jawa,’’ ujar Riki.

Diakui camat, waktu memulai merintis Batik Mandau dibutuhkan perjuangan yang tidak mudah. Selain waktu, biaya juga sangat dibutuhkan untuk mewujudkan tujuan tersebut. Batik Mandau juga selaras dengan program Bermasa (Bermarwah, Maju, dan Sejahtera) yang dicanangkan Bupati Bengkalis Kasmarni, yaitu pemberdayaan perempuan dan ekonomi masyarakat.

Hingga saat ini, kerajinan Batik Mandau terus mendapat dukungan penuh dari camat Mandau bersama ketua TP PKK Kecamatan Mandau. Baik PHR maupun Polbeng turut membantu melengkapi perangkat peralatan membatik. Setidaknya ada 30 jenis motif batik yang tersedia. Para pemesan bisa request langsung motif apa yang mereka inginkan serta jumlah motif yang mau dicap.

Dikutip dari beberapa laman media online, PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) Wilayah Kerja (WK) Rokan berkomitmen dalam pengembangan ekonomi masyarakat lewat sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di wilayah sekitar operasi. Melalui sejumlah program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL), PHR mendorong peningkatan kapasitas UMKM yang berkualitas berdaya saing.

“Program pengembangan UMKM PHR merupakan bagian dari pemberdayaan masyarakat, di mana intervensi yang dilakukan mulai dari hulu ke hilir,” kata Senior Analyst Social Performance CSR PHR WK Rokan Winda Damelia.

Hal tersebut disampaikan Winda dalam Talkshow Kewirausahaan Mahasiswa UMRI Expo 2024. Winda menambahkan, intervensi yang dilakukan berupa identifikasi potensi, pemberian bantuan peralatan dan penguatan kelembagaan. Selain itu, juga dilakukan peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) dalam bentuk pendampingan.

“Begitu pula dalam hal pemasaran, perizinan hingga kemasan produk (packaging). Monitoring evaluasi dan pengukuran dampak dilaksanakan dalam bentuk kolaborasi pentahelix,” tuturnya.

Program pembinaan UMKM cukup komprehensif mulai dari pengenalan hingga menjadi UMKM yang Go Global. PHR membina 70 UMKM dengan 280 penerima manfaat tidak langsung melalui berbagai kegiatan pelatihan, pameran, promosi dan pendampingan sertifikasi.

“Sebanyak 75 persen penerima manfaat adalah perempuan serta melibatkan kelompok disabilitas. Pembinaan terus ditingkatkan sebagai upaya mendorong UMKM naik kelas sehingga mampu bersaing untuk pasar yang lebih luas,” kata Winda.

Ada pula UMKM Batik Mandau karya ibu-ibu TP PKK Kecamatan Mandau yang melahirkan produk batik unggulan bermotif pompa angguk sebagai ciri khasnya. Memiliki omset rata-rata Rp 25 hingga Rp 30 juta per bulan. Kerap mengikuti pameran tingkat nasional dan produknya menjadi souvenir perusahaan.

Corporate Secretary PHR WK Rokan Rudi Ariffianto, turut bangga atas hasil kreasi yang digagas ibu-ibu PKK tersebut. Batik Mandau diharapkan menjadi ikon daerah dan membawa kebanggaan bagi masyarakat setempat.

”Selain berfokus pada operasi yang unggul dan selamat, tentunya PHR juga menaruh perhatian serius terhadap pemberdayaan ekonomi masyarakat. Dalam hal ini kami berupaya memberikan dukungan terbaik bagi daerah melalui kreasi Batik Mandau,” ujarnya.

Guna meningkatkan daya saing dan produktivitas koperasi serta Usaha Mikro dan Kecil (UKM) di Negeri Junjungan, Pejabat Sementara Bupati Bengkalis Drs Akhmad Sudirman Tavipiyono secara tegas mendorong percepatan digitalisasi.

Pada acara pelatihan yang ditaja Dinas Koperasi dan UMKM di Hotel Surya Bengkalis, pada Rabu 23 Oktober 2024 itu, Bupati yang diwakili Staf Ahli Bupati Bidang Kemasyarakatan dan SDM Johansyah Syafri menekankan, bahwa digitalisasi bukan lagi sekadar pilihan, melainkan keharusan bagi kelangsungan usaha di era modern yang semakin kompetitif.

Menurut Johan, dengan penerapan digitalisasi pelaku usaha akan lebih mudah menjual dibanding masa lalu. Tanpa perlu memiliki toko atau lahan usaha, pelaku usaha sudah bisa memasarkan produknya di market place atau media sosial, karena menjangkau hingga ke manca negara.

“Untuk itu pemanfaatan digitalisasi harus bisa dimanfaatkan secara optimal. Jika koperasi dan UMK bisa menguasai digitalisasi, maka kami optimis koperasi dan UMK dapat maju serta berkembang menjadi sebuah ekosistem ekonomi yang sehat dan berkelanjutan, yang akan berafiliasi dalam mendukung terwujudnya Kabupaten Bengkalis Bermarwah, Maju, dan Sejahtera,” ujarnya.

Poin-poin yang saya dapatkan dari liputan ke sentra produksi Batik Mandau lebih kurang 3 jam, juga setelah mendengarkan pemaparan dari Ibu Juana, Camat Mandau Riki Rihardi SSTP Msi, Dosen Polbeng Afridon ST MT, Pejabat Sementara Bupati Bengkalis Drs Akhmad Sudirman Tavipiyono, dan Rintawati dari PT PHR, kerajinan batik ini memiliki prospek cerah di masa depan. Dukungan dari semua stake holder sangat membantu Batik Mandau untuk lebih bisa meningkatkan produksi dan meluaskan jangkauan pemasarannya.

Apalagi Batik Mandau mendapatkan sokongan penuh dari PT PHR WK Rokan dan Politeknik Negeri Bengkalis. Tentu tidak akan sulit bagi ketua TP PKK Kecamatan Mandau Dewi Asdinar Riki untuk memaksimalkan sumber daya yang dimilikinya, menjadikan Batik Mandau menuju Nasional. Begitu pula Bupati Bengkalis Kasmarni, di era kepemimpinannya lewat program Bermasa yang diterapkan, sejauh ini sangat komit pada peningkatan perekonomian masyarakat lewat pengembangan UMKM di setiap desa dan kelurahan.

Bahkan bupati telah mengalokasikan dana untuk membina para pelaku UMKM sekaligus memberikan mereka sosialisasi dan seminar dalam rangka meningkatkan pengetahuan tentang usaha yang digeluti. Tidak hanya itu, bupati telah meresmikan Galeri Brand Mandau yang merupakan pusat Oleh-Oleh Duri, berisikan produk-produk UMKM dari para pelaku usaha kecil Duri, mulai dari makanan, minuman hingga kerajinan dan lainnya.

Batik Mandau yang kini menjadi ikon UMKM di Kecamatan Mandau, merupakan kebanggaan warga Kota Duri, sebagai identitas yang terpisahkan dari keramahan budaya lokal. Saat ini di Provinsi Riau, hanya satu daerah yang memiliki batik lokal yang ikonik yaitu Kecamatan Mandau di bawah kepemimpinan Riki Rihardi. Suatu saat akan menjadi kebanggaan Negeri Junjungan Kabupaten Bengkalis di kancah nasional.(***)