Filagam Membuat Penghuni Dusun Beringin Merdeka

Seorang warga menunjuk aliran air di Sungai Dayang yaang berada di belakang rumah warga adalah bahan baku untuk diproses menjadi air bersih lewat program Filagam dan disalurkan ke rumah warga .(F bambang)
AIR bersih memang menjadi kebutuhan dasar yang sangat penting bagi semua orang. Ketersediaan air bersih tentu mempengaruhi kesehatan, kualitas hidup, dan produktivitas. Di banyak daerah, akses terhadap air bersih masih menjadi tantangan, terutama di wilayah yang jauh dari perkotaan. Mewujudkan akses air bersih adalah langkah krusial menuju kesejahteraan masyarakat.

 

 

Kongkowkuy

Laporan: BAMBANG HENDRIYANTO, Bengkalis

 

Tidak pernah terbayangkan oleh warga menghuni Dusun Beringin, Desa Lubuk Muda, Kecamatan Siak Kecil, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau. Setelah bertahun-tahun tinggal didaerah yang dekat dengan sungai Dayang,  disitulah warga selama ini harus menikmati air sungai berwarna merah kecoklatan.

Warga mengisahkan, sebelum mendapatkan air bersih hasil pengolahan Filagam mereka mau tidak mau, suka tidak suka apapun yang tersedia sumber daya alam yang ada, warga yang tinggal di kawasan tanah gambut jauh dari pusat Kota Sungai Pakning itu harus rela merasakan payaunya air berwarna kecoklatan tersebut. Dengan menggunakan mesin penyedot air, dahulu warga yang tinggal dipinggiran Sungai Dayang mengalirkan air dengan menggunakan pipa hingga ke rumah-rumah.

Berangan-angan kapan untuk bisa menikmati air yang jernih dan bersih terus menjadi pikiran warga. Karena untuk berharap air hujan tidak mungkin karena tergantung musim, begitu habis dipenampungan terpaksa membeli air bersih atau harus menikmati air gambut yang diperoleh dari Sungai Dayang yang berjarak lebih kurang 50 meter dari rumah warga itu.

Untuk bisa mendapatkan air bersih, mereka terpaksa menghandalkan air hujan yang ditampung dari atap rumah masing-masing. Namun disaat kemarau panjang, disinilah warga meresakan kesulitan, tidak sedikit meronggoh kantong untuk bisa membeli air bersih.

Air gambut yang diambil tidak jauh dari rumah  warga, namun sudah pula berubah rasanya. Dahulu air sungai  ini tawar, namun berubah menjadi payau. Warga hanya pasrah, mereka terpaksa menggunakan air gambut  yang sudah terkontaminasi dengan zat lainnya.

Salah seorang warga, Ramzi menuturkan, selama puluhan tahun dirinya dan warga lain tinggal di Desa Lubuk  Muda terpaksa harus rela mengkonsumsi air gambut, mulai untuk memasak, mencuci dan mandi atau MCK. Namun, seiring waktu bergulir, kini Ramzi bersama warga telah merasakan kemerdekaan sesungguhnya untuk mendapatkan  air bersih sebagai kebutuhan utama dikehidupan rumah tangga.

Warga sangat bersyukur impian untuk mendapatkan air bersih dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari akhirnya  terwujud. “Senang dan sangat bersyukur, sepertinya kami saat ini sudah merasakan merdeka betul. Angan-angan merasakan air jernih dan bersih akhirnya kami rasakan juga sekarang,”ungkap pria yang keseharianya bekerja  sebagai petani sawit.

Kini setiap ingin menggunakan air, warga cukup dengan membuka keran dari tangki penampungan yang di salurkan  dari mesin pabrik air minum yang dibuat Pertamina Sungai Pakning secara gratis. Kesulitan warga untuk  mendapatkan air bersih di Desa Lubuk Muda merupakan salah satu hal yang melatarbelakangi PT. Kilang  Pertamina Internasional (KPI) Refinery Unit (RU) II Sungai Pakning membangun Filagam di desa tersebut.

Ibarat pucuk dicinta ulam pun tiba, PT Kilang Pertamin Internasional (KPI) melalui RU II Sungai Pakning pada  tahun 2021 memberikan berkah bagi warga Dusun Beringin melalui program  Filtrasi air gambut (Filagam).

Seorang pengelola Habibi memperlihatkan sample air yang diproses dengan menggunakan Filagam menjadi bening.
Filagam merupakan teknologi pengelolaan air gambut yang sebelumnya berwarna merah dan kecokelatan menjadi  jernih hingga layak digunakan untuk manusia.Melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) Filagam hasil inovasi dari PT  Kilang Pertamina Internasional (KPI) Refinery Unit (RU) II Sei Pakning sangat dimanfaatkan oleh warga di Dusun Beringin, Desa Lubuk Muda, Kecamatan Siak Kecil, Kabupaten Bengkalis.
Filagam merupakan teknologi pengelolaan air gambut yang sebelumnya berwarna merah dan cokelat menjadi jernih  hingga layak digunakan untuk masyarakat sekitar. Setelah diinisiasi beberapa tahun lalu, program tersebut telah dipercayakan oleh PT KPI kepada kelompok Tirta Muda yang tak lain merupakan para pemuda Desa Lubuk  Muda.

Seorang pengelola Uri Habibi menyebutkan, proses penyambungan aliran air kerumah-rumah warga telah  dilakukan, sebanyak 116 kepala keluarga termasuk fasilitas umum seperti sekolahan dan masjid telah menikmati  air bersih yang dialirakan dari lokasi penampungan pengolahan air gambut yang terletak di belakang Mesjid Alhinayah,

“Pengolahannya dengan cara disuling dengan dengan tiga jenis injeksi yakni sodak, alun dan betz. Produksi  Filagam mencapai 4.000 liter air perhari,” katanya merincikan. Setelah melalui proses penjernihan dari mesin filtrasi air gambut kemudian disalurkan melalui pipa ke rumah-rumah  warga di dareah ini.

Bahkan, semua warga yang sudah dapat menikmati air bersih ini tidak dipungut biaya,”warga kita gratiskan,  untuk operasional dan pekerja kita berasal dari hasil depot air yang melibatkan 10 orang,”ujarnya.

Agar mesin Filagam tetap produktif, terdapat 10 orang yang mengelola filagam, mereka merupakan warga tempatan yang sudah dilatih oleh tenaga ahli dari Pertamina. Filagam yang di biayai oleh PT Kilang Pertamina  Internasional RU II Sungai Pakning yang dibangun pada tahun 2021 sudah disalurkan ke 110 rumah penduduk di  desanya.

“Pertamina Sungai Pakning ini yang pertama sekali membantu impian warga di dusun ini untuk dapatkan  air bersih, ini masih bebera rumah yang belum dialiri air bersih, untuk itu kita akan segera pasang pipa,”  katanya.

Uri menjelaskan warga Dusun Beringin memang sudah lama memimpikan air bersih, seperti lima dusun lainnya  yang ada di desa Lubuk Muda telah dialiri air dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Sebelumnya banyak  warga di daerah ini  mengalami penyakit kulit akibat menggunakan air merah kecokelatan.

“Kalau dulukan  masyarakat yang menggunakan air merah ini banyak yang yang gatal-gatal, sakit perut. Karena ada air pasang  surut, campur air asin dan ada juga air liar dari darat, dari pemupukan dan racun tanaman gabung di sungai. Jadi sejak sudah ada air bersih, alhamdulillah kesehatan warga meningkat,” rincinya.

Program Filagam di desa ini, semula untuk menyediakan air bersih bagi warga, namun kini juga menjadi peluang  usaha, mulai dimanfaatkan untuk meningkatkan perekonomian desa. Melalui unit usaha di Badan Usaha Milik Desa  (Bumdes), mereka membuat Reverse Osmosis (RO) air minum dengan bahan baku air yang diambil dari Filagam.

Pemasaran air galon dilakukan keseluruh warga baik yang di Dusun Beringin maupun di luar dusun. Target dalam  sehari, mereka harus bisa menjual 100 galon ke warga.”Target kita paling sedikit 100 galon perhari, harga  yang kita jual kalau datang sendiri itu Rp 5 ribu dan Rp 6 ribu kalau diantar,”ungkapnya.
Usaha galon air yang mana air baku diambil dari pengolahan Filagam

 

Output dari  program ini adalah pertama, memproduksi 13.140 ton air bersih per tahun. Kedua, pendapatan Kelompok pemuda  (Tirta Muda) sebesar Rp230.315.000. Ketiga, menjangkau 7.749 orang penerima manfaat.

Bukan hanya itu, usaha lain yang terus dikembangkan dari Filagam ini adalah membuat kolam ikan menggunakan terpal, yang mana lokasinya masih disekitar mesin pengolahan air gambut.

“Disini kami juga membuak beberaoa kolam ikan air tawar, yang air juga kami distribusikan dari proses Filagam, dan semua juga dikelola oleh masyarakat. Artinya, selagi memungkinkan ada peluang dari Filagam ini kita akan terus kembangkan usaha-usaha baru,”ungkapnya.
Manager Production RU II Sungai Pakning R Moh Kun Tauchid mengatakan berawal dari pengambilan air untuk  kebutuhan kilang RU II Sei Pakning di anak Sungai Dayang, Desa Lubuk Muda Kabupaten Bengkalis. Melihat  kehidupan masyarakat disini sangat membutuhkan air bersih, mereka sangat sedih tidak bisa mengkonsumsi air  bersih, jadi untuk kebutuhan MCK saja mereka sulit.
“Jadi keluhan-keluhan seperti itu kami rasakan, bagaimana untuk mewujudkan keinginan mereka yang begitu  membutuhkan air bersih,”ungkapnya. Setelah mengetahui kondisi dilapangan, lalu dilakukan pemetaan sosial  untuk mengetahui gambaran yang jelas mengenai keadaan masyarakat di wilayah ini.

Kemudian dengan itu Pertamina melakukan social mapping, agar tepat sasaran dengan nebjalankan program CSR  untuk membuat dan memberikan air bersih untuk masyarakat disini.” Kami kan juga merasa punya beban, karena  kami mengambil air mereka disana, lalu apa kontribusi kami. Oleh karena itu terpikir oleh kami untuk  membantu menyelesaikan permasalahan kehidupan mereka mendapatakan air bersih,” ujarnya.

Kun merincikan Total biaya yang dikeluarkan untuk membuat filagam hingga memproduksi air bersih mencapai  sebesar Rp.269.000.000.  Bagi desa-desa lain yang kesulitan mendapatkan air bersih, pihaknya bersedia  membantu menduplikasikan inovasi filagam tersebut.

“Kita punya suistanablity, program yang berkelanjutan untuk masyarakat, kita mempunyai banyak program, tapi   kita akan prioritaskan apa yang paling tepat untuk masyarakat, itulah yang menjadi penilaian kami, itulah  yang harus segera dikerjakan dan menjawab masalah yang dialami masyarakat,” tegasnya.

Filagam dimulai dari tahun 2020 agar warga dapat memenuhi kebutuhan air bersih hingga air siap minum,  “Harapan kami dari Pertamina adalah program Filagam bisa berkelanjutan dan anak muda di lokasi ini bisa  semakin maju serta menjadi kebanggaan Bengkalis,” katanya.

Saat ini masyarakat bisa merasakan manfaat dari inovasi program Filagam yang diinisiasi oleh PT KPI Unit  Sungai Pakning. Melalui Program Sungai Gambut Berseri, Kilang Pertamina Unit Sungai Pakning telah berhasil menaikkan taraf hidup masyarakat melalui Koperasi Tirta Muda Beringin dengan meningkatnya pendapatan  rata-rata sekitar 40 persen yakni Rp 3,7 juta per bulan, yang artinya telah melebih Upah Minimum Kabupaten  (UMK) Kabupaten Bengkalis.

Program tersebut juga telah berhasil menghemat pengeluaran konsumsi air bersih sekitar Rp 70 juta per  tahunnya.”Dengan adanya program itu pula, kini masyarakat Desa Lubuk Muda kini juga telah mampu memanfaatkan  air sungai gambut untuk kehidupan sehari-hari. Dimana sebelumnya masyarakat Desa Lubuk Muda sulit  mendapatkan akses air bersih, terlebih pada musim kemarau,”ujarnya.

Kilang Pertamina Dumai dan Sungai Pakning terus berkomitmen menjalankan bisnis yang berbasis terhadap  lingkungan, ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat, khususnya yang berada di wilayah operasi ring satu  perusahaan.

“ Ini salah satu wujud komitmen PT KPI Unit Sungai Pakning menjalankan ‘Tanggung Jawab Sosial  dan Lingkungan (TJSL) baik untuk lingkungan maupun masyarakat, ” katanya.

Penghargaan Tingkat Nasional

Melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) bertajuk Filtrasi Air Gambut (Filagam), PT Kilang  Pertamina Internasional (PT KPI) Unit Sei. Pakning kembali meraih penghargaan di tingkat nasional. Kali ini,  PT KPI Unit Sei. Pakning dianugerahi penghargaan PLATINUM dalam ajang Energy & Mining Editor Society (E2S)  Proving League 2023 kategori Novelty Program melalui program Sungai Gambut Berseri.

Penghargaan ini diberikan sebagai bentuk apresiasi atas komitmen Kilang Pertamina dalam mengimplementasikan  aspek Environmental, Social, dan Governance (ESG) yang juga sejalan dengan Sustainability Development Goals
(SDGs) dalam program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL).

Area Manager Communication, Relations, & CSR Unit Dumai, Agustiawan, menyampaikan bahwa pihaknya berkomitmen  dalam menjalankan Program Tanggung Jawab Sosial Lingkungan, dengan tujuan utama mewujudkan keberlanjutan  sesuai dengan standar ISO 26000 yang mencakup tata kelola, lingkungan, dan aspek sosial.

“Program Sungai Gambut Berseri dilatarbelakangi oleh kondisi Sungai Dayang, salah satu Sub Daerah Aliran  Sungai (DAS) Siak, yang mengalami degradasi kualitas air sebagai sumber air baku untuk pemenuhan kebutuhan  masyarakat,” ungkapnya.

Menurutnya air gambut di Sungai Dayang memiliki warna keruh dan tingkat keasaman yang tinggi, sehingga  penggunaannya tanpa pemrosesan dapat berdampak buruk bagi kesehatan.

Untuk mengatasi permasalahan ini, PT KPI Unit Sei. Pakning menjalankan Program Pengolahan Air Gambut Menjadi  Air Bersih dengan instalasi atau Filagam. Program ini melibatkan pengolahan air minum melalui Reverse

Osmosis, budidaya air ikan sistem bioflok, dan pertanian sayuran di pekarangan rumah. Program tanggung jawab sosial dan lingkungan ini telah memberikan dampak signifikan bagi masyarakat Dusun

Beringin, Desa Lubuk Muda, Kecamatan Siak Kecil. Selain berhasil menghemat biaya pembelian air bersih  sebesar Rp87,9 juta per tahun, program ini juga memberikan pendapatan sebesar Rp102,62 juta per tahun bagi  masyarakat setempat.

“Penghargaan yang diraih PT KPI Unit Sei. Pakning dalam ajang E2S Proving League 2023 merupakan pengakuan  atas keberhasilan dan dampak positif dari Program Pengolahan Air Gambut Menjadi Air Bersih dengan instalasi Filagam,” ujarnya.

Program ini tidak hanya memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat, tetapi juga berkontribusi dalam  menjaga lingkungan dan memperkuat hubungan antara perusahaan dengan komunitas sekitar.(***)