DURI (DUMAIPOSNEWS)– Kegigihan Suci Sustari (45) memulai usaha jahit dari nol tanpa memiliki latar belakang kemampuan menjahit, bahkan harus belajar dariYoutube hingga menjadikan suami dan anaknya sebagai sampel untuk membuat baju, kini membuahkan hasil yang luar biasa. Kelompok Usaha Bersama (KUB) Rumah Jahit Lestari yang dirintis Suci Sustari sejak 2021 lalu saat ini terus berkembang, mampu memproduksi wearpack (baju safety tahan api) hingga 1.500 buah perbulan. Bahkan KUB yang kini sudah bertransformasi menjadi Perseroan Terbatas (PT) telah menjalin kerjasama dengan ratusan mitra bisnis dari berbagai kalangan, seperti perusahaan, organisasi, lembaga pendidikan dan lainnya.
“ Sebelum KUB Rumah Jahit Lestari ini berdiri, awal-awal sekali kita memulainya dari Balai Latihan Kreativitas Anak Melayu Sakai (Bekams), tempat saya bergabung. Di situ saya bersama kawan-kawan mencari cara bagaimana anak-anak yang putus sekolah terutama anak perempuan bisa punya keahlian menjahit. Sebab di Duri ini biasanya orang-orang yang mau bekerja pasti yang ditanya ijazah. Sedangkan menjahit itu tidak ada hubungannya dengan ijazah,’’ ujar Suci Sustari, Owner Rumah Jahit Lestari saat ditemui dumaiposnews.com, Kamis (22/08/2024) di tempat usahanya, Jalan Hangtuah, Desa Tambusai Batang Dui, Kecamatan Bathin Solapan, Kabupaten Bengkalis, Riau.
Suci yang penah berprofesi sebagai pendidik dan mampu berbahasa Inggris dengan baik, memanfaatkan kemampuan komunikasinya mencari orang-orang penting di perusahaan operator lama sebelum PT PHR (Pertamina Hulu Rokan) WK Rokan. Sebelum pindah ke Duri 5 tahun lalu dari Palembang, Suci yang sudah terbiasa bergaul dengan orang-orang perusahaan besar di sana, dan mengerti seluk beluk dunia BUMN (Badan Usaha Milik Negara) mencoba mencari peluang-peluang yang bisa diambil dari perusahaan-perusahaan yang memiliki CSR.
Diakui Suci, saat sampai di Duri dia tanpa ada pekerjaan. Namun naluri bisnisnya berkata, bahwa Duri yang merupakan daerah pekerja dengan begitu banyak macam ragam pakaian kerja dan kantoran yang dibutuhkan, tentu bisa dijadikan ladang usaha kedepannya untuk meningkatkan ekonomi keluarga. Di samping itu, Suci juga bercita-cita ingin mendirikan rumah belajar PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) untuk membantu siswa putus sekolah mendapatkan ijazah paket A, B dan C, pemberdayaan ekonomi kreatif, dan membuat sanggar seni. Namun dari sekian item yang disebutkan dalam proposal, usaha menjahitlah yang akhirnya dikabulkan perusahaan operator lama dalam bentuk bantuan mesin jahit.
“ Waktu itu saya ‘mengejar-ngejar’ Manager Coorporate Affairs Asset North. Diperkirakan sejak Januari 2021 sampai dieksekusi bulan Mei 2021. Kami ketemu, proposal itu sampai juga ke tangan beliau. Beberapa minggu kemudian saya ditanya jawab sampai akhirnya direalisasikan,’’ kenang Suci.
Pada tahap awal memulai usahanya, Suci kembali bercerita, ia hanya mampu menyewa satu ruko, memaksimalkan 5 unit mesin jahit bantuan tersebut. Luar biasanya hanya dalam tempo cepat, ia mampu menyewa tiga berderetan dengan jumlah tenaga kerja 41 orang, waktu itu di Jalan Asrama Tribrata, Kelurahan Pematang Pudu. Di mana terdiri dari 7 tukang jahit (tinggal di ruko), 14 orang ibu-ibu rumah tangga yang membawa jahitan ke rumah masing-masing, 3 tukang setrika, 11 orang anak-anak putus sekolah di bagian finishing, 4 orang tukang potong kain dan 2 orang bertugas sebagai kualiti kontrol.
“ Waktu itu ada juga anak-anak magang yang tak tamat sekolah, ada juga yang sedang mengambil paket C. Anak-anak seperti inilah yang kita tampung, dilatih menjahit. Sehingga mereka bisa bekerja tanpa perlu ijazah. Itulah niat awal kita membantu anak-anak putus sekolah mendapatkan keahlian menjahit. Alhamdulillah, dalam waktu setahun lebih sudah berkembang sampai seperti sekarang. Bahkan ada satu perusahaan besar yang meminta dibuatkan 1.000 Wearpack. Bukan hanya melayani perusahaan-perusahaan di Duri, kita juga menerima pesanan Wearpack dari daerah Jambi dan Palembang. Ini berkat dari kepuasaan pelanggan kita yang menyampaikan ke teman-temannya, buat Wearpack bagus, harga bersaing, bisa di Duri,’’ ungkap Suci.
Melalui Bekams waktu itu sekitar bulan Mei 2021, proposal yang diberikan akhirnya direspon perusahaan operator lama. Suci menerima bantuan 5 unit mesin jahit portable. Mesin jahit model inilah yang memang diinginkannya guna memudahkan mengajarkan anak-anak putus sekolah tersebut tentang ilmu menjahit yang terbaru tanpa dipungut biaya. “ Kalau mesin jahit hitam yang lama itu model jahitnya lurus saja, sedangkan mesin jahit portable ini bisa dengan hasil yang beraneka ragam, bisa buat pola dan lainnya. Mesin jahit ini diberikan 27 Mei 2021silam,’’ katanya.
Yang sangat disyukurinya, namun Rumah Jahit Lestari masih mendapatkan perhatian dan pembinaan dari PHR Wilayah Kerja Rokan hingga kini. Melihat perkembangkan serta kemajuan Rumah Jahit Lestari yang cukup signifikan dari bulan ke bulan. Di mana dalam satu bulan mampu memproduksi sekitar 100 sampai 200 Wearpack, PT PHR WK Rokan kembali memberikan bantuan mesin jahit tambahan, tahun 2022 lalu.
“ Dikarenakan kita belum punya mesin konveksi sendiri, waktu itu kita memaksimalkan tenaga penjahit dari luar. Makanya PHR WK Rokan pun menanyakan kenapa belum berproduksi di sini, saya jawab karena unit produksinya belum sanggup. Akhirnya oleh PHR WK Rokan, kita diminta untuk mengajukan apa-apa yang menjadi kebutuhan supaya anak didik semakin banyak, dan manfaat kepada masyarakat dalam meningkatkan ekonomi melalui menjahit semakin banyak pula,’’ ujar Suci.
Awal mula usaha ini berdiri Suci hanya memiliki empat orang anggota. Saat itu, Suci yang tak memiliki kepandaian menjahit juga mencoba-coba belajar dengan mengikuti tutorial di Youtube. Bahkan ia sampai kena Vertigo karena kurang istirahat belajar menjahit. Suami dan anak pun dijadikan model percontohan menjahit baju.
Beruntungnya Suci memiliki suami yang bekerja di perusahaan Migas, sehingga berkat jalur pergaulan suaminya ia bisa menembus akses ke sejumlah perusahaan menawarkan jahit baju Wearpack yang secara perlahan dari bulan ke bulan hingga berganti tahun sudah ada 104 perusahaan, lembaga, sekolah, organisasi yang menjadi mitra Rumah Jahit Lestari.
Pada mulanya Suci mendapatkan orderan dalam bentuk pakaian seragam kantoran, belum Wearpack. Perlahan, permintaan dari perusahaan-perusahaan untuk Wearpack mulai berdatangan. Namun ia belum bisa memenuhi pesanan dalam jumlah banyak. Akhirnya Suci melibatkan ibu-ibu penjahit rumahan untuk membantunya mengerjakan pesanan yang masuk tersebut.
Akhirnya, kerjasama dengan para penjahit rumahan bisa terjalin baik, setelah ada kesepakatan terkait upah. Jumlah mesin jahit yang saat itu sudah mencapai 17 unit, mampu menggenjot angka produksi Wearpack setiap bulannya. Dalam satu hari produksi dalam kisaran 30-40 Wearpack. Dari segi keuntungan yang diperoleh dari usaha jahit konveksi ini, sebut Suci lagi, tidak bisa banyak-banyak. Yang penting penjahit punya orderan dan punya uang untuk bayar kru. Salah satu faktor penting dari kualitas Wearpack yang diproduksi yaitu keberadaan tenaga kualiti kontrol yang bertugas mengawasi pekerjaan seluruh anggota hingga hasil akhir. “ Sebenarnya kita tidak pilih-pilih jahitan, tapi saat ini kita lebih fokus pada pesanan yang jumlahnya banyak,” katanya.
Untuk meningkatkan kemampuan para penjahitnya, Suci saat ini sedang melaksanakan sertifikasi BNSP (Badan Nasional Sertifikasi Profesi) yang didukung PHR WK Rokan.
Bantuan yang dikucurkan PHR WK Rokan untuk Rumah Jahit Lestari sungguh luar biasa dari sejak awal berdirinya usaha tersebut. Mulai dari bantuan mesin jahit hingga uang tunai untuk beli bahan kain sangat meringankan beban Suci dalam membesarkan usahanya. “ Ada juga bantuan dari Pertamina Hulu Rokan North dalam bentuk dana yang tidak dikembalikan untuk beli kain,’’ ujarnya.
Dijelaskannya, produksi Wearpack yang pernah mencapai 1.500 buah dalam satu bulan, tidak selalu bisa dicapai setiap bulan. Itu tergantung pada jumlah pesanan yang masuk. Ada bulan ramai, sedang dan sepi. Hal ini berkaitan dengan kontrak-kontrak baru perusahaan. “ Yang ramai itu biasanya di bulan Januari, April, Juli dan September,’’ imbuhnya.
Terkait legalitas, Rumah Jahit Lestari sekarang bukan lagi berstatus KUB, namun sudah meningkatkan jadi perseroan terbatas (PT). Semua perizinan lengkap berikut dengan struktur managemen. Di sini Suci ingin usahanya berkembang secara profesional dan menjadi besar. Sehingga bisa menjadi contoh bagi usaha serupa untuk bersama-sama maju mengambil peluang usaha yang tersedia di depan mata.
“ Pakaian tahan api yang kita pakai bersertifikasi National Fire Protection Ascociation dan American Standard Tekstil Manufacture. Jadi tahan apinya itu sudah lolos uji laboratorium. Untuk Indonesia saya sudah ajukan standar kain saya ke Balai Besar Tekstil Bandung, sudah ada sertifikatnya juga. Kita juga pernah menerima pesanan 1.000 pieces baju dari PT Adhi Karya dan 1.000 pieces rompi dari PT Hutama Karya,’’ katanya.
Untuk tenaga kerja yang bekerja dengan Rumah Jahit Lestari sebagian besar penjahit lokal rumahan yang mengambil job, lalu dikerjakan di rumah masing-masing. Saat ini jumlah pekerja di Rumah Jahit Lestari sudah 84 orang. Sebagin besar penjahit yang tetap bekerja di ruko. Selain usaha menjahit, Suci juga melaksanakan program sosialnya sendiri yang sangat masyarakat sekitar tempat usahanya. Sebagai wujud syukur atas bantuan yang diberikan PT PHR lewat dana CSR-nya, KUB Rumah Jahit Lestari juga memberikan CSR untuk masyarakat dalam berbagai macam bentuk bantuan. Di antaranya memberikan pelatihan menjahit gratis diutamakan bagi anak-anak perempuan putus sekolah serta melatih ibu-ibu rumah tangga. Hasilnya 14 orang ibu-ibu itu. Setelah mahir ibu-ibu ini mengambil jahitan dikerjakan di rumah masing-masing. Bagi yang belum punya mesin hitam, Suci membelikannya dengan syarat diangsur tanpa memberatkan.
Selain itu, ada juga program sosial tahunan membuatkan baju bagi anak-anak panti asuhan. Bantuan perdana yang diberikan kepada puluhan anak panti asuhan Al Jauhar. Ketika itu Suci mempersiapkan 91 baju tersebut. Ia sudah jauh-jauh hari menyisihkan keuntungan dari setiap orderan Wearpack yang masuk. Sehingga dana yang terkumpul tersebut sengaja dialokasikan untuk bantuan baju buat anak panti asuhan. Program sosial itu masih terus berlangsung sampai saat ini dibagi di beberapa tempat secara bergantian. “ Pihak PHR WK Rokan ikut juga saat penyerahan juga memberikan uang saku kepada anak-anak panti tersebut. Pihak panti asuhan sendiri terkejut dengan baju yang kita berikan untuk anak-anak mereka,’’ katanya.
Tak hanya untuk anak panti asuhan, Suci juga membantu anak-anak sekolah umum yang kesulitan atau tak punya uang menjahit baju saat masuk jadi siswa baru. SDN 26 Mandau dan SMAN 4 Mandau, dua sekolah yang sejauh ini sudah diakomodir. Namun siswanya yang dibantu sesuai dengan rekomendasi pihak sekolah. “ Range bantuannya, sekolah yang menentukan. Mulai dari 25, 50, 75 persen hingga 100 gratis. Untuk bantuan spontanitas lainnya kalau ada warga meninggal di dekat-dekat rumah, saya langsung drop air minuman mineral beberapa karton ke rumah duka, sebagai wujud turut berbelasungkawa,’’ tuturnya.
KUB Rumah Jahit Lestari yang bergerak merangkak dari bawah lama kelamaan menjelma menjadi usaha dengan beromset besar. Bahkan masyarakat kelurahan Pematang Pudu, tempat ia merintis usaha, banyak tidak tahu tentang eksistensi KUB ini yang ekspor Wearpack-nya sudah antar propinsi. Suci mengakui ia selama ini tidak pernah mengeskpos usahanya melalui sosial. Ia memilh fokus pada peningkatan produksi usaha sembari melatih ibu-ibu yang mau belajar menjahit. Dari tempat tempat sederhana itu sudah menghasilkan ribuan Wearpack berkualitas untuk perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang Migas, bisnis partner PHR WK Rokan. Dengan pindahnya tempat usaha Rumah Jahit Lestari ke Jalan Hangtuah yang merupakan jalan lintas provinsi, Suci berharap lokasi strategis ini lebih mudah dijangkau mitra usahanya dan masyarakat yang ingin menjahit baju di tempatnya.
Dalam upaya memberikan perlindungan terhadap kesehatan seluruh anggotanya, Suci berencana mendaftarkan mereka ke BPJS Kesehatan dan memberikan upah standar UMR. Keinginan itu sudah disampaikannya langsung ke pihak PHR WK Rokan, seraya Suci masih membutuhkan satu mesin bordir lagi. “ Sembari status KUB ini kita tingkatkan, nanti pembayaran BPJS Kesehatannya kita lakukan manual, kita yang bayarkan. Sekarang ini KUB masih dalam bentuk surat izin usaha dari pihak kelurahan. Kita memang punya niat menjadikan ini usaha berizin lengkap, supaya bisa mengembangkan saya bisnis ini lebih besar,’’ imbuhnya.
Peningkatan pesanan yang diperoleh KUB Rumah Jahit Lestari dari bulan ke bulan bukannya tanpa usaha, atau orang perusahaan datang sendiri minta dibuatkan Wearpack, melainkan berkat perjuangan keras suami Suci, Yan Syofyan yang senantiasa mendukung penuh. Mereka berkeliling mendatangi setiap kantor perusahaan di Duri. Berbekal semangat baja, ia datang sendirian mencari manager perusahaan-perusahaan membawa proposal penawaran jahit baju Wearpack. “ Biasalah orang perusahaan, setiap kita datang minta ketemu, pasti ada saja alasannya, manager keluar, tidak di tempat dan banyak alasan lainnya. Tapi saya gigih harus berjumpa siapa saja walaupun hanya anggotanya. Begitu ketemu saya paparkan tentang KUB Rumah Jahit Lestari, bahwa kami bisa membuat Wearpack berkualitas sesuai standar dengan pekerja orang-orang lokal,’’ tuturnya.
Suci punya cita-cita besar membangun garmen di masa depan, mengakomodir seluruh Wearpack perusahaan-perusahaan yang beroperasi di Duri, Dumai dan Rumbai. Dengan ditambah tenaga terampil penjahit berkualitas, ia yakin akan semakin banyak tenaga kerja lokal terakomodir, mampu meningkatkan perekomian masyarakat lokal. Namun usaha itu harus dilalui secara bertahap dari bawah, sembari menguatkan pondasi dan finansial yang tidak sedikit. “ Sekarang sudah ribuan Wearpack yang kita produksi dalam sebulan. Selain itu kita juga memenuhi kebutuhan di propinsi lain,’’ tukasnya.
Priawansyah, Analist Social Performance, PT PHR, mengaku takjub akan kemajuan pesat yang dialami KUB Rumah Jahit Lestari. Ia makin terkesima hanya dalam tempo cepat usaha ini berkembang luar biasa. “ Yang saya suka dari beliau ini, dia mau cost sharing dengan kami. Beliau bilang mau mengembangkan kelompok usaha bersama. Dia kejar-kejar kita, lalu tiba-tiba kami kasih, lima mesin jahit. Dia sewa ruko, masih satu belum seperti ini (tiga ruko). Dia coba belajar-belajar menjahit, ternyata beliau tidak pandai menjahit. Mereka coba belajarnya di Youtube, khusus Wearpack, karena memang Wearpack ini susah,’’ ujar Priawansyah.
Untuk memulai usahanya Suci mencoba mencari orderan ke perusahaan-perusahaan, mitra bisnis PT PHR, tanpa rekomendasi dari PT PHR. Secara perlahan Suci mulai membeli sendiri mesin jahit baru guna menunjang produksi yang mulai meningkat. Sampai akhirnya pada masa PHR WK Rokan, KUB Rumah Jahit Lestari diberikan lagi bantuan beberapa mesin jahit baru. “ Karena kita lihat perkembangan KUB ini cukup bagus, maka kita masih perlu membantu mengembangkan usaha mereka, dengan menggandeng Polbeng. Saya sendiri surprise melihat kamajuan usaha ibuk ini. Sebab usaha ini perlu dipermak sedikit agar lebih bagus lagi,’’ ungkap Priawansyah.
Yang paling disukai Priwansyah dari Suci adalah keinginannya untuk berbagi dengan sesama, dengan merekrut anak-anak putus sekolah khususnya perempuan, dilatih cara menjahit dan diberdayakan, bergabung dengan KUB Rumah Jahit Lestari. “ Cara dia mengajar menjahit tidak seperti orang di dalam kelas, namun langsung on the job training. Anak-anak itu roling terus, dan saya minta sama beliau data semua anak-anak yang sudah ditraining. Dan dia pun bukan tipe orang yang memperkaya diri sendiri, namun mau membantu orang-orang yang susah,’’ paparnya.
Masih tidak percaya dengan pesatnya kemajuan yang dilakukan KUB Rumah Jahit Lestari, Priawansyah menilai ini salah satu binaan UMKM PHR WK Rokan yang luar biasa perkembangannya. Dalam tempo singkat sudah melatih puluhan orang, anak-anak putus sekolah dan ibu-ibu rumah tangga. “ Beliau gigih mengejar-ngejar kami. Pembelajaran juga bagi kami untuk tidak bernegatif thinking. Belajar dari bantuan yang sama seperti bisnis menjahit ini, banyak yang kami bantu tapi tidak berhasil, bisnisnya di mana, mesinnya entah dijual kami tak tahu,’’ ucap Priawansyah.
Berkaca dari bantuan yang sudah banyak diberikan selama ini sejak operator lama, ada yang berhasil, kebanyakan tidak. Priawansyah memandang sebelum dibantu harus dilihat dulu passion dari orang-orang atau kelompok-kelompok yang meminta bantuan tersebut. Terkadang orang-orang berlomba-lomba meminta bantuan karena iri orang lain dapat, kenapa mereka tidak. “ Awalnya saya tak percaya sama ibuk ini, kok tiap hari ditanyain terus. Rupanya jadi pula barang ini. Akhirnya beliau saya beri nasehat kepada beliau, nasehat pertama saya satu, percayalah dalam hidup ini rejeki tidak akan pernah tertukar. Ketika saya bantu kakak satu, kakak bantu orang lain lima itu baru hebat kakak. Itu yang saya bilang sama beliau. Dan beliau sepertinya sudah melakukannya. Dari sekian yang dibantu dalam hal yang sama, inilah yang paling berhasil. Dia bisa mengembangkan bisnisnya, dia juga bisa memberi manfaat bagi lain,’’ katanya.
Untuk jahitan Wearpack yang dibuat di Duri, diakui Prianwansyah, langka. Tak semua orang mampu mengerjakannya. Namun KUB Rumah Jahit Lestari bisa melakukannya, memproduksi dengan kualitas terjaga. “ Kalau dulu perusahaan mau beli Wearpack harus ke luar daerah atau minimal pesan di toko online, sekarang tak perlu pusing-pusing lagi, cukup datang ke KUB Rumah Jahit Lestari, pesan di sini tinggal pesan mau seperti apa,”pungkasnya.(Yusrizal)