DUMAI(DUMAIPOSNEWS)– Ratusan pasien yang ingin berobat di Poliklinik Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Dumai terlantar. Mereka tidak mendapatkan pelayanan kesehatan, karena seluruh poliklinik di RSUD Kota Dumai tutup, Selasa (28/1).
Berdasarkan pantauan di RSUD, terlihat seluruh Poliklinik di RSUD Dumai tutup dan bahkan terlihat para pasien ada yang tetap menunggu dan ada yang langsung pulang. informasi dilapangan menyebutkan, bahwa hal itu telah terjadi sejak dua hari yang lalu.
Rafizi salah seorang warga asal Rupat yang hendak melakukan perobatan di RSUD Dumai mengatakan, jika ia membawa neneknya yang mengalami sakit syaraf dan gejala stroke belum mendapatkan perawatan.
“Kami dari Rupat baru sampai, tadi saat mau menurunkan nenek saya dibilang tunggu dulu, karena dokter tidak ada,” ujarnya.
Hal senada juga disampaikan Suha menyebutkan sudah dua hari datang ke Poliklinik RSUD Kota Dumai tidak mendapatkan pelayanan kesehatan.
“Saya sakit jantung, obat saya habis, jadi harus ambil obat, jika tidak bisa bahaya,” ucapnya. Ia juga mengatakan, berdasarkan informasi yang diterimanya di bagian pendaftaran dokter tidak ada.
Menurutnya, ini menunjukkan tidak profesionalnya dokter dan manajemen rumah sakit membuat masyarakat yang menjadi korban, jadi harus segera di carikan solusi.
Sementara itu Anggota DPRD Dumai, Johanes Tetelepta menanggapi, aksi para dokter ini sah-sah saja dan semuanya diatur dalam undang undang, namun bagaimana menanggapi dan menyelesaikan permasalahan ini secepat mungkin.
“Demo silahkan itu hak mereka, namun jangan berlarut dan jangan sampai hak publik terabaikan karena aksi demo yang berlarut karena disana ada hak publik yang harus diperhatikan,” katanya.
Aksi mogok yang dilakukan dokter ini masalah biasa, karena hanya sekedar miss komunikasi dalam penunjukkan komite kesehatan oleh pihak RSUD.
“Betul ada peraturan presiden tentang hal ini namun adanya juga peraturan menteri kesehatan jadi manageman RSUD jangan kaku dalam menerapkan aturan,” tambah Johanes.
Para dokter merasa mereka tidak dilibatkan dalam menetapkan komite RSUD sehingga mereka tidak menerima hal itu. “Hanya perlu duduk semeja dan pihak managemen hanya perlu mengasi ruangan untuk para dokter berperan dalam komite ini,” tambah Johanes.
Selain itu kata Yohanes, selama ini dokter juga merasa tidak terima atas banyaknya masyarakat yang menyalahkan dokter atas pelayanan di RSUD. “Merekakan hanya sebatas memberikan pelayanan kesehatan namun permasalahan keluhan obat dan pelayanan lainnya itukan urusan manageman RSUD,” kata Johanes.
Sementara itu Direktur RSUD Dumai dr. Ridhonaldi membenarkan adanya miss komunikasi antara dokter dan managemen RSUD termasuk permasalahan penunjukkan komite kesehatan.
“Para dokter ingin langsung berkomunikasi dengan saya sebagai Direktur. Namun, saya tidak bisa selalu ada ditempat karena saya harus juga keluar melakukan trobosan untuk kebaikan RSUD dan sudah ada kepala bagian yang membantu saya, namun mereka tidak mau,” ujar Rhido.
Untuk itu lanjut Rhido menjelaskan, akan lebih berkomunikasi lagi agar kejadian ini tidak terjadi dan sebisa mungkin lebih intens melakukan komunikasi bersama dokter.
Terkait permasalahan protes dokter dalam pembentukan komite kesehatan, tidak ditampil oleh Ridho. Ada rancu dalam mengartikan antara pemenkes dan perpres tentang kesehatan namun isinya bisa dikataka sama saja dan tidak jauh perubahannya.
“Untuk itu akan kita bicarakan lagi permasalahan komite kesehatan ini. Yang pasti pelayanan poli kesehatan mulai besok (Rabu, red) akan berjalan sebagaimana meskinya seperti kesepakatan kita tadi bersama para dokter dalam rapat yang dihadiri ketua DPRD Dumai Agus Purwanto dan anggota komisi 3 DPRD dan Sekda Kota Dumai,” pungkasnya.(ras)
Editor : Bambang Rio