JAKARTA(DUMAIPOSNEWS)-Presiden Joko Widodo (Jokowi) bertolak ke Provinsi Riau hari ini. Jokowi akan mengecek kebakaran hutan dan lahan (karhutla) serta penanganannya.
“Sebetulnya kalau kebakaran hutan, itu kalau di daerah gambut ini kan bikin saluran saluran sekunder. Saluran saluran untuk mengalirkan ke dekat situ. Nanti siang (kemarin) kami baru mau ke Pekanbaru dengan presiden,” kata Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono di kompleks Istana Ke presidenan, Jakarta Pusat, Senin (16/9). Basuki turut mendampingi Jokowi ke Riau.
Basuki mengatakan sudah menyiapkan langkah untuk menangani Karhutla. PUPR juga bekerja sama dengan Badan Restorasi Gambut dalam hal rehabilitasi gambut. Sedangkan PUPR membantu membuat saluran air.
“Sekarang ini kan ada badan rehabilitasi gambut itu sebetulanya dan rehabilitasi gambut yang menjadi leading organisasinya. Kami mendukungnya jadi tinggal bikin saluran. Mereka bikin, kami juga bikin,” ujar Basuki. Jokowi terbang ke Riau, Senin (16/9) sore. Ia akan berada di Riau sampai Selasa (17/9).
Dilain tempat, Sekretaris Jenderal Pro Demokrasi Satyo Purwanto menyebut Presiden Joko Widodo atau Jokowi sosok yang tepat menyelesaikan persoalan kebakaran hutan dan lahan atau Karhutla.
Setidaknya beberapa elemen yang membuat Jokowi bisa menyelesaikan Karhutla. Alasan pertama, kata Satyo, Jokowi ialah sosok yang pernah mengenyam pendidikan di Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada. Dengan begitu, Jokowi memahami cara memadamkan dan mencegah terjadinya Karhutla.
“Harusnya presiden punya pemahaman yang lebih, karena lulusannya soal kehutanan,” kata Satyo saat dihubungi JPNN.com (grup Dumai Pos). Selain punya pemahaman soal kehutanan, kata Satyo, Jokowi memiliki instrumen menyelesaikan Karhutla. Pemerintahan era Jokowi bisa menggunakan alat deteksi dini sehingga mencegah Karhutla semakin meluas.
“Banyak instrumen yang bisa dijadikan alat deteksi dini, punya satelit yang bisa menentukan titik panas, harusnya itu menjadi macam untuk tindakan preventif kebakaran lahan,” timpal dia.
Namun, Satyo tidak melihat dua elemen tersebut dipakai Jokowi dari kejadian Karhutla di Riau. Sebab, Karhutla di Riau masuk kategori parah. Hingga kini rakyat mengalami kesulitan atas kejadian karhutla di Riau. “Itu kan terbukti kebijakan atau upaya penanganan persoalan pemerintah lamban,” ungkap Satyo.
Sebelumnya aktivis Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Yuyun Harmono menilai buruk kualitas udara di Riau. Bahkan, Yuyun menyebut kualitas udara di Riau masuk kategori membahayakan.
Catatan WALHI, kualitas buruk udara di Riau terjadi sejak pekan lalu. Hal itu mengakibatkan beberapa warga terjangkit Infeksi Saluran Pernapasan Akut atau ISPA.”Kemarin teman WALHI Riau yang datang ke kantor (WALHI Pusat) bilang, kemarin sudah ada 47 ribu warga Riau yang terkena ISPA,” kata dia, saat dihubungi JPNN.
Yuyun menjelaskan, kualitas buruk udara di Riau karena luasnya daerah Karhutla di Riau. Total 48 ribu hektare lahan dan hutan yang terbakar di Riau.”Data yang kami dapat, dari Januari sampai Agustus (2019) itu sudah lebih dari 48 ribu hektare hutan dan lahan terbakar. Nah, 40 ribu kebakaran di lahan gambut,” timpal dia.
Sumber : JPNN