Melalui Program MERA, Dua Desa di Pulau Bengkalis Terpilih Program Pemulihan Ekosistem Mangrove

BENGKALIS ( DUMAIPOSNEWS ) – Dua desa di pulau Bengkalis yaitu Desa Teluk Pambang dan Desa Kembung Luar Kecamatan Bantan terpilih menjadi lokasi program pemulihan ekosistem mangrove. Program ini akan berlangsung selama 3 tahun dengan melibatkan seluruh stakeholder mulai Pemerintah hingga masyarakat.

Hal itu disampaikan Direktur Eksekutif LSM Bahtera Melayu Kabupaten Bengkalis,Defitri Akbar saat audiensi dengan Bupati Bengkalis, Kasmarni di Wisma Sri Mahkota, Selasa siang (11/1/2022). Dalam pertemuan singkat tersebut, turut mendampingi Sekretaris Eksekutif LSM Bahtera Melayu Khairul Saleh. Kemudian Plt. Kepala Badan Lingkungan Hidup Bengkalis, Mohammad Azmir dan Kadis Perikanan Bengkalis diwakili Kepala Bidang Pemberdayaan Perikanan Bengkalis Muchlizar.

Kongkowkuy

Dalam kesempatan audiensi tersebut, pria yang akrab disapa Dedek ini terlebih dahulu menyampaikan kalau LSM Bahtera Melayu merupakan mitra dari Program Mangrove Ecosystem Restoration Aliance (MERA) yang diinisiasi oleh Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YAKN) berkerjasama dengan HSBC dan Climate and Land Use Alliance (CLUA).

“Sebagai informasi buat Ibu Bupati, LSM Bahtera Melayu ini dulu cukup aktif dan pernah meraih penghargaan Kalpataru pada tahun 2008,” ujar Defitri Akbar.
Melalui program MERA tersebut, sambung pria yang akrab disapa Dedek, ini dua desa di pulau Bengkalis akan menjadi target Rencana Pemulihan Ekosistem Mangrove selama 3 tahun. Program MERA ini, sambung Dedek, tidak hanya fokus pada pemulihan lingkungan melainkan juga pengembangan SDM masyarakat pesisir serta peningkatan pendapatan mata pencaharian masyarakat.

Untuk kelancaran program tersebut, Dedek mengatakan, pihaknya terlebih dahulu akan meyelenggarakan Lokakarya Implementasi Rencana Pemulihan Ekosistem Mangrove di Provinsi Riau Program MERA tahun 2021-2024. “Besar harapan kami, Ibu Bupati bersedia untuk memberikan arahan dan membuka lokakarya tersebut,” ujar Dedek seraya mengatakan kalau tidak ada perubahan, kegiatan ini akan dilaksanakan pada 19 Januari mendatang di Bappeda Bengkalis.

Sementara itu, Bupati Bengkalis Kasmarni memberikan apresiasi atas terpilihnya dua desa di Kabupaten Bengkalis sebagai lokasi pemulihan ekosistem mangrove melalui program MERA. Dikatakan, pemulihan lingkungan ini, terlebih abrasi di Kabupaten Bengkalis, tidak hanya bisa diselesaikan oleh Pemerintah Kabupaten karena keterbatasan anggaran.

“Karena itu kita dari Pemerintah Kabupaten Bengkalis berusaha dan berupaya mendapatkan bantuan program pemulihan lingkungan ini kepada Pemerintah Pusat, seperti BRGM. Alhamdulillah juga, dua desa kita terpilih melalui program MERA ini, tentu kita sangat menyambut baik,” ujarnya.

Berbeda dengan kegiatan lainnya dimana biasanya masyarakat langsung mendapatkan keuntungan. Misalnya, menanam karet, masyarakat bisa mendapatkan hasilnya nanti dari menoreh pohon karet. Namun, untuk penanaman mangrove, keuntungan secara ekonomi tidak langsung didapat, sehingga butuh pendekatan khusus agar masyarakat bisa dan mau bersama-sama menanam mangrove.

“Jadi ketika menanam mangrove ini, selain aspek lingkungan, perlu juga dipertimbangkan aspek lain yang bisa menambah pendapatan masyarakat. Contohnya, mungkin bisa dijadikan objek wisata,” katanya.

Terkait lokakarya yang akan digelar, Kasmarni mengatakan sangat mendukung dan meminta kepada LSM Bahtera Melayu untuk terus berkoordinasi dengan Bappeda.

“Semoga nantinya terbangun sinergisitas para pemangku kepentingan dalam implementasi pemulihan ekosistem mangrove di Provinsi Riau, khususnya di Kabupaten Bengkalis,” ujarnya***