Ketika Melupakan Si Melon ‘Move On’ ke Brght Gas, Dari Bilik Dapur Menggantungkan Harapan

Di bilik dapur terdapat senyum ceria seorang ibu muda yang diban­tu anak perempuanya, mereka dengan penuh bahagia melakukan aktivitas membuat aneka macam masakan kue dari pesanan orang. Gairah untuk mengais rezeki terus bangkit dari semangat mereka. Dari didalam bilik dapur rumah mereka, satu kelurga ini menggan­tungkan harapan meraih mimpi-mimpi untuk terus mengembangkan usaha demi membantu perekonomian keluarga.

Laporan: BAMBANG HENDRIYANTO, Dumai

Kongkowkuy

Pagi menjelang siang, tepat sekitar pukul 10.30 WIB, kesibukan  antara anak dan ibu ini sudah mulai terlihat. Kompor gas menyala biru dengan adonan kue pastel, risoles dan bakwan terus berenang-renang di wajan berukuran sedang. Aroma wangi rempah, sebagai bahan membuat kue sangat terasa dihidung ketika berada didalam bilik dapur rumah meraka, yang berdomisili di Kelurahan Jaya Mukti, Kecamatan Dumai Timur itu.

Dina seorang ibu rumah tangga yang diketahui berusia 40 tahun itu, terlihat begitu sibuk membolak balikan adonan risoles yang ada di dalam minyak goreng di kuali, ketika kulit risoles yang sudah berwarna kecokelatan, tak lengah pula langsung diangkat untuk dipindahkan ke tempat yang telah disediakan berbentuk talam besar. Dapur yang hanya berukuran lebih kurang 2 x 3 meter menjadi tempat mereka mendapatkan rezeki tambahan sampingan di rumah.

Sejak pagi hingga sore terkadang juga hingga malam hari, ada sebanyak dua kompor gas terus menyala untuk menyelesaikan tugas pesanan kue yang hari itu tergolong ramai pemesan. Dari kompor gas untuk dua wajan, terdapat selang regulator berwarna silver yang mengarah ke tabung Bright Gas berukuran 5,5 kg non  subsidi, yang kini menjadi harapan mereka dalam memproduksi usaha, setelah sekian lama meninggalkan gas LPG si melon 3 kg subsidi.

Untuk menyelesaikan sisa kue-kue yang harus dimasak, dia pun tak perlu mondar-mandir untuk membeli gas melon berukuran 3 kg yang dulu memang menjadi senjata utama untuk memasak kue. Namun belakangan ini, setelah merasakan manfaat saat menggunakan  LPG Bright Gas 5,5 kg, kini mereka tidak lagi menggunakan simelon (LPG 3 kg) subsidi.

“Dulu saat masih memakai gas LPG melon 3 Kg dibuat repot,  selalu bolak balik ke warung, karena selalu kehabisan saat mema­sak kue-kue yang jumlahnya tidak sedikit. Kini semenjak memakai Bright Gas 5,5 kg, gak kuatir lagi harus kehabisan,”ujar ibu, yang mengakui telah beberapa tahun ini bisa Move On (berpindah) ke Brigt Gas 5,5 kg.

Dalam keseharian keluarga ini, ternyata Bright Gas 5,5 kg yang digunakan bukan hanya untuk memasak kue saja, akan tetapi juga untuk kebutuhan rumah tangga lainya seperti memasak sehari-hari dan sebagainya.

“Kalau harganya masih terjangkaulah dengan kehidupan kami  yang seperti ini, dan mudah didapat lagi, bahkan gak pernah putusnya di agen pangkalan, jadi kami sudah merasa cocok dengan Bright Gas 5,5 kg ini,”kata ibu berhijab dengan penuh senyum.

Masyarakat memang sudah banyak yang mengetahui bahwa LPG Bright Gas 5,5 dari Pertamina ini, karena memiliki dua warna yang cantik yaitu ungu dan merah muda. Dengan memiliki warna yang jreng nan menarik, Bright Gas menjadikan bilik dapur lebih keli­hatan cantik sesuai dengan ibu rumah tangga.

Diakui ibu yang memiliki dua orang anak itu, sejak setahun terakhir menggunakan Bright Gas 5,5 kg, membuat pundi-pundi keuntungan dari usaha keluarganya semakin deras. Dulu untuk mendapatkan tabung Bright Gas 5,5 kg, mereka mengikuti program

tukar 3 tabung gas 3 kg dengan tabung gas 5,5 kg yang dilaksanakan oleh Pertamina di Pangkalan LPG Jaya Mukti.

“Terus terang dulu semenjak memakai tabung gas 3 kg setiap sebentar harus bolak-balik  ke pangkalan gas, namun sekarang dengan menggunakan tabung yang 5,5 kg bisa bertahan lama. Dan yang sedihnya itu, kalau saat membutuhkan stok gas 3 kg nya habis, seperti yang sering kami alami sebelumnya,”katanya sembari mengadon kue yang hendak dibuatnya.

Budi, lelaki yang bekerja sebagai buruh harian adalah suami dari Dina,  semenjak mereka beralih ke Bright Gas 5,5 Kg dirinya juga mengakui tidak lagi selalu direpotkan dengan gonta ganti tabung gas LPG 3 kg. Sekian lama berjalan usaha dari dapur rumah mereka, keluarga inipun sepakat menggunakan LPG Bright Gas 5,5 Kg untuk menjalankan usaha dan kebutuhan rumah tangga.

Dilihat dari kehidupanya, memang mereka berasal dari keluarga yang hidupnya pas-pasan, sehingga untuk membantu perekonomian keluarga, sang istri bersama anaknya ikut andil untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dengan menerima pesanan kue.

Dia merincikan, dulu setiap tiga atau empat hari sekali bisa menghabiskan 1 tabung LPG 3 kg, namun sejak menggantinya dengan Bright Gas 5,5 kg bisa bertahan selama satu minggu bahkan lebih per tabungnya, maka dengan telah beralihnya ke gas 5,5 kg tiap bulanya mereka bisa menghemat untuk biaya produksi membuat kue-kue yang dimasak menggunakan gas.

“Untuk mendaptkan Bright Gas sangat gampang, tidak seperti  gas melon 3 kg, yang kadang mencarinya hingga ke daerah lain.  Kondisi ini tentu bagi kami sangat susah untuk memenuhi kebutuhan,”kata lelaki berkumis tersebut.

Walau usaha mereka bisa dikategorikan Usaha Kecil dan Menen­gah (UKM), namun bukan suatu alasan bagi keluarga ini untuk tetap bertahan menggunakan gas LPG non subsidi 3 kg. Bagi mereka, yang terpenting adalah agar usaha rumahan yang digeluti selama 2 tahun itu, bisa berjalan dengan baik dan memiliki pelanggan tetap tanpa ada hambatan dalam proses pembuatan kue pesanan orang.

Memang tidak dipungkir lagi, selain mudah didapat dan lama digunakan Bright Gas dalam tabung 5,5 kg memiliki beberapa keung gulan dibandingkan LPG 3 kg, termasuk dari segi keamanan menggunakannya untuk rumah tangga. Bright Gas 5,5 kg memiliki harga yang terjangkau serta dilengkapi teknologi terbaiknya untuk memberikan kepuasan dan keamanan bagi konsumen yang mengguna­kannya.

Yang paling utama adalah teknologi valve ganda yang ber­fungsi mengurangi tekanan gas berlebih. Bahkan Bright Gas dua kali lebih aman dari pada tabung elpiji biasa. Selain itu, Bright Gas sudah dilengkapi dengan segel hologram, sehingga isinya lebih terjamin dan konsumen bisa langsung mengetahui apakah tabung LPG tersebut asli atau tidak.

Untuk itulah, dengan bentuk yang tidak terlalu besar, terli­hat di bilik dapur rumah pribadi ibu Dina berbentuk minimalis ini, tabung Brigth Gas 5,5 kg tersebut diselipkan dibawah meja kompor tak jauh dari tempatnya memasak dan membuat kue.

“Kami menggunakan Bright Gas 5,5 kg, lantaran dari harganya  kami rasa masih terjangkaulah untuk ukuran usaha yang kami laku­kan saat ini. Walau non subsidi tapi kami merasa puas untuk menggunakanya dan tidak merasa keberatan.”katanya.

Usaha yang dilakukan ibu rumah tangga yang dibantu oleh anak perempuanya itu, tentu sangat membantu perekonomian rumah  tangga. Tidak sedikit pula, warga lainya yang tinggal ertetangga dengan ibu Dina, ikut-ikutan untuk beralih dari yang sebelumnya  menggunakan gas 3 kg, dan kini rata-rata sudah menggunakan Bright Gas.

Saat disinggung, kedepanya apakah mereka ada rencana meng­gunakan gas LPG yang kapasitasnya lebih besar seperti LPG 12 Kg, dia menjawab kemungkinan itu bisa saja tapi melihat penghasilan  dari usaha mereka.”Mudah-mudahan kalau usaha maju, kita akan ganti menggunakan LPG 12 kg, doakan saja mas.”ujarya sembari kembali tersenyum.

Sementara itu ditempat terpisah, Iwan pemilik Pangkalan LPG  Mukhirwan yang berada di Jalan Kesuma, Jaya Mukti saat ditemui Dumai Pos menyebutkan, kalau konsumen pengguna gas 5,5 kg non subsidi memang mulai ada peningkatan. Bahkan, dalam setiap bulan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat penggunan gas 5,5 kg pihaknya dua kali mendatangkan gas 5,5 kg.”Dalam satu bulan dua kali, dengan jumlah masing-masing 30 tabung, sehingga satu bulan jumlah LPG 5,5 kg yang masuk sebanyak 60 tabung,”ujar pria berkaca mata ini.

Pihak Pertamina, dalam mendstribusikan kepada Pangkalan LPG memang diakui tidak pernah putus untuk gas 5,5 kg tersebut.  Inilah yang membuat salah satu warga mulai beralih dari gas 3 kg  subsidi ke Bright Gas 5,5 kg non subsidi. Bahkan, untuk membuat warga mau beralih menggunakan gas 5,5 kg, Pangkalan LPG Mukhirwan ini turut serta untuk mempromisikan kepada masyarakat.

“Agar masyarakat mau beralih dari gas 3 kg ke gas 5,5 kg, kita pernah mempromosikan dengan cara menerima penukaran 3 tabung gas diganti dengan satu tabung gas 5,5 kg beserta isinya, terma­suk juga mensosialisasikan manfaat dan keuntungan serta keunggu­lan menggunakan gas 5,5 kg kepada masyarakat. Alahmadulillah banyak juga yang mengganti,”katanya.

Penukaran tabung tersebut, merupakan bagian dari upaya Pertamina melalui Pangkalan LPG  untuk menarik minat masyarakat agar menggunakan Bright Gas, yang merupakan LPG non subsidi. Dengan  berharap konsumen dari kalangan masyarakat mampu, beralih menggunakan produk LPG non subsidi, sehingga LPG 3 kg subsidi dapat digunakan oleh masyarakat miskin yang benar-benar membu­tuhkannya.

Iwan mengakui, dalam pendistribusian gas 5,5 kg yang dilaku­kan Pertamina kepada pangkalan LPG tidak terbatas seperti pendis­tribusian gas melon 3 kg subsidi. Maka, keberadaan gas 5,5 kg tetap ada saat konsumen membutuhkanya.

Sales Eksekutif LPG Riau, Aditya Andrawina saat bincang-bin cang bersama Dumai Pos menyebutkan, untuk wilayah Riau bagian Utara yang meliputi Kota Dumai, dalam pendistribusian gas LPG non subsidi seperti Bright Gas 5,5 kg realisasinya mengalami penin gkatan. Bahkan, penjualan Bright Gas 5,5 kg naik mencapai 20,5 persen.

“Secara global, termasuk diantaranya wilayah Dumai dan sekitarnya untuk presentase penjualan mengalami kenaikan,”katanya.  Kondisi ini menunjukan, kalau masyarakat telah mulai meningkat  menggunakan Bright Gas 5,5 kg untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka.

Katanya lagi, selama ini dalam pendistribusian Bright Gas 5,5 kg kepada konsumen, tentunya sesuai dengan kebutuhan permintaan masyarakat melalui agen-agen penyalur atau pangkalan LPG. Bahkan, dalam pendistribusian gas non subsidi tidaklah ada batasan kuota, sehingga masyarakat atau konsumen tidak lagi merasakan sulitnya untuk mendapatkan gas non subsidi di agen-agen.

Untuk terus berkomitmen mensosialisasikan penggunaan Bright  Gas 5,5 kg, pihak LPG Pertamina Riau kerap melakukan program-program edukasi dan promosi, salah satunya edukasi bahwa LPG 3 kg hanya diperuntukan kepada masyarakat miskin dan usaha mikro.”Kita sudah selalu melakukan terobosan agar masyarakat mau beralih dari LPG 3 kg ke Bright Gas 5,5 kg, seperti program promo trade in atau penukaran tabung LPG 3 kg ke yang 5,5 kg,”ujarnya.

Pertamina berupaya mengajak masyarakat merasakan kualitas  layanan produk Bright Gas 5,5 Kg yang tidak hanya dari segi keamanan dan kemasan yang praktis, tetapi juga kemudahan pemesanan melalui aplikasi Bright Home Service. Bahkan berharap, konsu­men dari kalangan masyarakat mampu.

Peningkatan konsumsi yang saat ini berangsur meningkat di  Kota Dumai, merupakan perubahan alami dari perilaku masyarakat dalam memilih varian produk LPG yang tidak cepat habis dikonsumsi, lebih praktis dan memiliki keunggulan safety yakni dilengkapi  katup ganda yang mengadopsi teknologi double spindle, sehingga dua kali lebih aman dalam mencegah kebocoran pada kepala tabung.

Tidak ditampik, pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah berupaya agar pada 2025 porsi energi terbarukan dalam bauran energi nasional mencapai 23 per­sen. Sekarang ini, porsinya masih di bawah 10 persen. Langkah itu dilakukan agar ada keberlanjutan energi atau ketahanan energi yang menciptakan daya saing.

Sudah bukan menjadi pembahasan khusus, jika ketersediaan energi di Indonesia sangat dibutuhkan untuk memacu laju perekono­mian masyarakat. Bahkan, ketersediaan energi demi kesejahteraan masyarakat dan keanekaragaman kehidupan.  Meski perkembangan energi terbarukan yang didorong pemerintah termasuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) melalui Pertamina terus berkembang pesat, Indonesia masih akan bergantung pada energi fosil seperti minyak dan gas bumi, dan lain semacamnya.

2020 Beli Gas Melon Pakai Kartu

Pemerintah akan menerapkan penyaluran subsidi LPG 3 kg secara tertutup pada 2020. Tahun ini pemerintah melalui Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) telah melakukan uji coba metode tersebut.

Dirjen Migas Kementerian ESDM Djoko Siswanto menjelaskan, dalam distribusi tertutup tersebut, subsidi tidak langsung dimasukkan ke dalam harga LPG 3 kg seperti saat ini. Nanti LPG melon itu dijual dengan harga keekonomian dan diberikan langsung kepada masyarakat yang berhak mendapatkan melalui kartu.

Kartu tersebut bakal diisi saldo dengan besaran nominal yang telah ditentukan.”Sedang ada pembahasan lebih lanjut soal  ini. Namun, insya Allah tahun depan diterapkan,”ujar Djoko, seperti yang dilansir Jawa Pos News Network (JPNN), Jumat (21/6) lalu.

Dia menyatakan, penerapannya dilakukan secara bertahap sehingga belum bisa serentak di seluruh wilayah Indonesia. Lewat distribusi tertutup, penyaluran LPG akan lebih tepat sasaran lagi. Selain itu, beban terhadap keuangan negara dapat berkurang sehingga APBN lebih sehat.”Kami mengurangi subsidi uangnya. Kalau orang miskinnya turun, berarti besaran subsidinya turun,” ter­angnya.

Dulu mekanisme itu juga dilakukan saat penerapan konversi minyak tanah ke LPG 3 kg.”Waktu itu kan LPG juga berta­hap. Pakai metode itu saja,” tuturnya. Kementerian ESDM dalam rapat pagu anggaran 2020 menetapkan volume elpiji bersubsidi untuk tahun depan dialokasikan 7 juta metrik ton. Jumlah tersebut naik jika dibandingkan dengan 2018 dan 2019. Dari sisi penyalur­an, Djoko yakin bakal lebih tepat sasaran.

 

Sedangkan menurut Ketua Harian Yayasan Lembaga Konsumen  Indonesia (YLKI) Sularsi menilai peningkatan tren penggunaan LPG nonsubsidi produksi Pertamina, Bright Gas 5,5 kg dan 12 kg berdampak positif untuk mengurangi beban pengeluaran pemerintah.

“Ini bisa mengurangi beban pemerintah untuk subsidi LPG 3 kg,” kata Sularsi. Di sisi lain, peningkatan konsumsi Bright Gas menandakan kesadaran masyarakat yang mulai tumbuh untuk mengguna­ kan LPG non subsidi. Menurut dia kondisi tersebut harus diper­tahankan, salah satunya melalui peningkatan pengawasan terhadap bersubsidi. Pengawasan distribusi gas LPG 3 kg perlu diperketat. Tujuannya, supaya distribusi LPG 3 kg agar lebih tepat sasaran.

Dijelaskannya, selama ini masih banyak masyarakat yang tidak masuk dalam kategori berhak menggunakan elpiji bersubsidi, namun masih menggunakannya, misalnya masyarakat berpenghasilan menengah keatas dan usaha berskala sedang serta besar seperti rumah makan dan restoran.  Oleh sebab itu, dirasakan perlunya pengawaan.

“Kami berharap masyarakat dan pemerintah melakukan pengawasan yang lebih ketat terhadap  konsumsi LPG subsidi,” kata Sular­si. Pengawasan yang ketat, sangat penting karena bisa mendukung  distribusi LPG 3 kg agar lebih tepat sasaran, terlebih lagi, distribusi saat ini masih menggunakan sistem terbuka. YLKI juga menilai bahwa kesadaran masyarakat mulai tumbuh untuk menggunakan elpiji non subsidi. Hal tersebut karena penin gkatan konsumsi Bright Gas.

Selama Ramadan dan Idul Fitri 2019, penggunaan Bright Gas baik ukuran 5,5 kg maupun 12 kg mengalami peningkatan disbandingkan konsumsi rata-rata harian pada periode yang sama 2018. Kon­sumsi Bright Gas 5,5 kg meningkat 21 persen, sedangkan untuk 12 Kg meningkat 7 persen dari rata-rata konsumsi harian pada periode Ramadan Idul Fitri 2018.

Peningkatan volume konsumsi Bright Gas 5,5 kg pada periode Ramadan Idul Fitri 2019 sebesar 49 ribu kg per hari atau mendeka­ti 9.000 tabung per hari dibandingkan periode yang sama pada 2018.  Sedangkan untuk Bright Gas 12 kg rata-rata konsumsi naik 2.000 tabung per hari dibanding periode yang sama tahun  lalu.(***)