Sertu Hendra Syahputra, Budak Dumai yang Temukan Black Box Lion Air JT-610

DUMAIPOSNEWS.COM, JAKARTA – Sertu Marinir Hendra Syahputra dari kesatuan Taifib Korps Marinir temukan Black box pesawat Lion JT 610 yang jatuh pada (29/10) lalu di Perairan Tanjung Karawang, Kamis (1/11).

Sertu Hendra merupakan prajurit Bintara Utama kelahiran Dumai, 10 Juni 1985. Ia merupakan putra pasangan Chaidirman dan Syafnizar yang saat ini tinggal di Jalan Ombak Gang Murni II. Mulai masuk TNI sejak Maret 2005 dan terakhir kali mendapat kenaikan pangkat pada tahun 2010. Saat ini ia tergabung dalam Batalyon Taifib I Marinir. Batalyon itu berada di bawah komando Pasukan Marinir (Pasmar)

Kongkowkuy

“Begitu kami turun arusnya kencang. Kemudian dengan keterbatasan, kita menggunakan tali untuk tidak terbawa arus karena tali tersebut agak menghambat kami,” papar Sertu Hendra.

Di area yang memancarkan sinyal black box, hanya didapati sedikit serpihan pesawat yang membuat Hendra dan penyelam lain ragu. Namun, sinyal itu terus diikuti hingga mengarah pada endapan lumpur.

“Kami sempat putus asa karena arus sangat kencang, tetapi kami percaya yakin dengan tekad dan hati yang ikhlas serta mengikuti alat yang kami bawa, kami kecilkan areanya lalu pada tempat yang alatnya menimbulkan bunyi sensitif kami gali lumpur tersebut dan mendapatkan black box," katanya.

Dalam penyelaman di kedalaman 35 meter, dengan koordinat S 05 48 48.051-E 107 07 37.622 dan koordinat S 05 48 46.545-E 107 07 38 Berbekal alat yang bisa menangkap sinyal black box, Sertu Hendra menyelam hingga kedalaman 35 meter ke dasar laut.

Yang ditemukan Sertu Hendra tersebut merupakan bagian black box yang bernama flight data recorder (FDR). FDR ditemukan pada kedalaman 30 meter di bawah laut. Black Box ditemukan setelah penyelam menggali di dasar laut dengan petunjuk dari sensor alat.

Hendra mengatakan penyelam dari Batalion Intai Amfibi (YonTaifib) awalnya melakukan pencarian black box dan badan pesawat Lion Air. Penyelaman yang juga dilakukan bersama petugas KNKT itu mengalami kendala. Kami melakukan penyelaman, memang bentuk kontur bawahnya lumpur, agak sulit, dan serpihan pesawat di mana-mana. Dan kebetulan dengan alat yang kami dipinjami dan digunakan, kami percaya alat,; kata Hendra.

Penyelam juga sempat merasa putus asa. Kala itu kami putus asa mengikuti alat karena tidak banyak ditemukan bongkahan, hanya bongkahan-bongkahan kecil,”; ujar Hendra..

Namun para penyelam pantang menyerah dan terus mengikuti alat meski sepertinya diarahkan menuju area yang serpihan pesawatnya minim. Namun ternyata black box itu memang tak berada di dalam pecahan bodi pesawat. Tapi kami terus, kami ikuti alat. Kami kecilkan areanya, lalu pada tempat yang alatnya menimbulkan sensitif tersebut kami gali-gali, dan ternyata kami mendapatkan,” kata Hendra. (rio)